WONOSARI, Selasa Wage– Selama masa kampanye dalam agenda debat calon pasangan bupati dan wakil bupati tahun 2015 silam, Immawan Wahyudi mendampingi Hj Badingah bertekat menurunkan angka kemisinan 2% per tahun. Sampai masa jabatan berakhir yakni tahun 2020, angka kemiskinan di Gunungidul ditarget tinggal 11,7%.
Tetapi menurut data di Badan Pusat Statistik (BPS) setempat, posisi tahun kedua berjalan, angka tersebut hanya turun 0,3% dari 21,7% menjadi 21,4%.
“Kalau datanya seperti itu, angka kemiskinan bukan turun, tetapi turun temurun,” ujar Imawan Selasa, 9/5/17, setengah berkelakar.
Menyoal kelakar wakil bupati, pengamat Jaka Priyatma alias Jepe menilai, bahwa Imawan sedang mentertawakan karyanya selama dua tahun berjalan.
Menurut Jepe, BPS merupakan subsistem ciptaan pemerintah, yang secara periodik merekam kinerja kepala daerah. Seberapa pun turunnya angka kemiskinan, itu harus diterima sebagai alat koreksi.
Sementara itu Immawan tidak ambil pusing terkait dengan turunnya angka kemiskinan yang terlalu minim.
“Yang terpenting, fakta di lapangan selama saya berkeliling dari desa ke desa tidak ada warga yang merasa miskin,” ujar Immawan seperti mengabaikan data BPS.
Dincontohkan, ketika dia berkunjung di Desa Pringombo, Kecamatan Rongkop, satu dusun ada lumbung bersama untuk menyimpan gabah. Dalam setahun, jumlahnya mencapai 2,5 ton.
“Itu belum terhitung gabah yang disimpan di rumah masing-masing warga, Fakta seperti itu ko dibilang miskin. Itu piye?,” pungkas Imawan. W. Joko Narendro.