GUNUNGKIDUL-(SENIN PON) Sastra adalah perangsang munculnya karya seni dan budaya. Sastra ternyata nut lakuning jaman. Sastra menjadi penanda jaman.
Hal tersebut dikatakan oleh Gondhol Sumargiyono S.Pd.T salah satu Narasumber Sarasehan Budaya Kapanewon Paliyan, Sabtu (04/05).
Bertempat di Balai Padukuhan Paliyan Tengah, Karangduwet, Paliyan, Gunungkidul, Komunitas Manah Ati menyelenggarakan Festival Gugur Gunung ke-4 dengan tema “Basa, Sastra, lan Aksara Njaring Kencana Kasilem”.
Kegiatan tersebut didukung oleh Ki Sumiyarno Hadi Pramono dalang sekaligus Ketua Dewan Kebudayaan Kapanewon Paliyan.
Dalam kesempatan tersebut Gondhol yang juga seorang Seniman asal Yogyakarta ini menjelaskan, di musik diatonis, keroncong karya sastra bisa menjadi bagian esensi dari lirik indah yang memicu karya seni lain muncul.
“Karya sastra di Jawa sangatlah kaya dengan aneka ragam budayanya. Seperti lagu-lagu dari Didi Kempot, Deny Caknan dan lain-lain yang merupakan karya sastra juga,” jelas Gondhol.
Di tempat yang sama, Wage Dhaksinarga yang juga diundang sebagai narasumber berpendapat bahwa kebudayaan sangat berkaitan erat dengan ilmu psikologi.
“Kebudayaan akan mengatasi persoalan-persoalan sosial dan kesehatan mental,” ujar Wage.
Salah satu Sastrawan asal Kapanewon Paliyan tersebut juga berpendapat bahwa membaca sastra adalah mengasah analisis dan kepekaan. Dalam bahasa psikologi manusia ingin mengembangkan pola psikologi.
Nenek moyang, dikatakan Wage, bukan hanya asal sekedar menciptakan bahasa, namun setiap bahasa terdapat makna-makna yang baik di dalamnya.
“TANI=Tawakal Niat Ibadah,” tambah Wage mencontohkan.
Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Dewan Kebudayaan Kapanewon Paliyan mengajak seluruh warga masyarakat agar lebih peduli terhadap kebudayaan yang ada utamanya di Kapanewon Paliyan.
“Saya bermimpi Paliyan bisa memiliki rumah kesenian sendiri untuk mengembangkan potensi kebudayaan Paliyan,” Pungkasnya. (Amel)