Selasa Kliwon – Pak beritahu kami, mencintai Tuhan dan Rasul itu rasanya seperti apa.
Kami menderita gangguan jiwa, mulai kapan kamilupa, ada kemungkinan sejak lahir.
Kami juga sakit fisik sejak tahun 1996. Tidak parah, orang cuma gringgingen alias kesemutan.
Setelah kami cermati, gringgingen itu adalah cara mati dari kaki. Bukan mati dari leher.
Kami berani mati dari leher seperti umumnya orang mati gantung diri.
Konon ada makhluk namanya PULUNG GANTUNG. Kami menunggu kedatangan makhluk itu Pak. Eh…. kok gak dateng-dateng.
Pak, ajari kami bagaimana caranya mencintai HIDUP sekaligus bagaimana caranya mencintai MATI.
Kami bingung Pak. Kolega Anda, Kamis pekan lalu adu otot mencari jalan ke luar, supaya banyak orang berani hidup. Tetapi sayang, terlalu banyak orang yang secara a-heroik (tidak jantan) berani mati.
Apa memang saat ini banyak orang atau kelompok yang hanya suka ngomong kemudian lupa melangkah.
Pak, please ajari dan beritahu kami bagaimana rasanya mencintai Tuhan dan Rasulnya, supaya kaki tidak kesemutan, supaya leher tidak terancam.
Pak, jangan tipu kami dengan diskusi. Segelas air teh serta sepotong singkong rebus di meja diskusi itu adalah uang kami.
Maaf, kami tidak menggurui. Kami hanya membuka pintu yang selama ini tertutup rapat.
Penulis: Agung Sedayu