JALAN terang telah ditunjukkan dan itu pasti benar-benar terang karena berasal dari cahaya maha cahaya, tetapi pilihan manusia masuk ke jalan remang sampai gelap.
Pikiran buntu pun kemudian bicara: melalui jalan haram saja susah mengapa disuruh lewat jalan halal. Begitulah kualitas sebagian manusia masa kini.
Jika mereka diserahi mengemudikan kapal besar bersama kelasi pasti ngebor dinding menggunakan mata bernama korupsi. Alhasil kebocoran terjadi di berbagai tempat.
Sebelum tenggelam, kapal mulai miring padahal penumpangnya lebih dari 270 juta. Apakah yang tenggelam hanya nahkoda dan kelasi. Tidak, semua penumpang pasti terpuruk di kedalaman laut.
Prototipe pemimpin seperti itu biasanya lihahi memberi contoh, banyak membuat aturan, tetapi jarang yang bisa menjadi contoh, dan sedikit menjalankan aturan.
Di tengah merosotnya kualitas moral pemimpin, tiba-tiba kumandang adzan disandingkan dengan lolong serigala di malam hari. Rakyat diminta mendengarkan dengan baik-baik mana yang lebih merdu suara adzan atau suara anjing hutan.
Pemimpin semacam ini sepertinya sudah mengangkat dirinya sebagaimana pemilik adzan sehingga merasa berhak mengatur antara suara adzan dan suara anjing.
Al-Qur’an menegaskan hati-hati dengan orang-orang yang mengaku beriman padahal mereka sesungguhnya hanya berolok-olok dan menipu diri sendiri.
Diingatkan secara tegas, bahwa umat Islam perlu bersabar. Kata sabar di dalam Al-Qur’an disebut hingga 34 kali. Sabar itu tanpa batas, dan Allah bersama orang-orang yang sabar.
Kumandang adzan melalui mesin toa tentu sangat bagus, setiap hari terdengar hanya lima kali.
Sangat mungkin terjadi pas kumandang adzan terdengar pula lolong anjing di Subuh hari. Dua-duanya pasti terdengar. Umat Islam tidak perlu membandingkan karena keduanya memang tidak sebanding. (Bambang Wahyu)