WONOSARI, RABU WAGE-Angka bunuh diri di Kabupaten Gunungkidul cukup tinggi, untuk menekan angka tersebut diterbitkan Keputusan Bupati No.121/KPTS/TIM/2017, tentang pembentukan tim penanggulangan dan penanganan bunuh diri, yang diberi nama Tim Satgas Berani Hidup.
Tim yang diketuai Dr. Drs. H. Immawan Wahyudi ini menggandeng relawan termasuk Yayasan Kristen untuk Kesehatan Umum (YAKKUM) dan Yayasan Inti Mata Jiwa (Imaji).
Manager Kesehatan Jiwa Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Siswaningtyas dalam acara workshop pencegahan bunuh diri mengakui, angka bunuh diri di Gunungkidul cukup tinggi. Oleh karena itu lembaganya melakukan upaya pendekatan terhadap mereka yang berpotensi melakukan aksi-aksi nekat bunuh diri.
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka dapat dilihat oleh awam, hanya saja menurutnya, terkadang lingkungan sangat kurang peka. Saat ini, Yakkum menangani kurang lebih 63 orang yang terdaftar perlu mendapat pendampingan. Namun karena keterbatasan, baru tertangani 40 orang.
Dia menjelaskan, dorongan dan suport bukan saja mengenai mental namun juga kegiatan kreatif. Dia mencontohkan mereka yang depresi dan berpotensi melakukan aksi bunuh diri perlu diberi kesibukkan dengan pelatihan atau kegiatan produktif. Pikiran dimotifasi supaya bisa mengubah perekonomian sehingga mereka berkembang.
Ketua Satgas Berani Hidup Gunungkidul, Dr. Drs. H. Immawan Wahyudi menjelaskan, gantung diri merupakan permasalahan. Hal ini harus segera diselesaikan.
“Selain itu juga mengerahkan semua kalangan untuk melakukan pencegahan. Mulai dari keluarga, lingkungan kepolisian, dan petugas lainnya,” jelasnya, Rabu, (16/10).
Menurut Immawan, berdasarkan data, dalam kurun waktu 3 tahun terakhir, gantung diri terjadi rata-rata 33 sampai 34 kasus per tahun. Angka yang cukup tinggi. Hingga Oktober 2018 ini, sedikitnya 20 warga Gunungkidul mati bunuh diri.
“Artinya setiap tahun angka itu naik turun. Tahun 2018 turun,” terangnya. (Joko)