PATUK Jum’at Kliwon– Liem Sioe Liong, konglomerat tanpa tanding pada zaman pemerintahan Soeharto pernah mengatakan, motor penggerak pertumbuhan ekonomi adalah perdagangan barang. Jejak pikiran Taipan besan Soeharto Presiden RI ke 2 ini membayangi kebijakan pemerintah Gunungkidul di era orde reformasi.
Camat Patuk, R. Haryo Ambar Suwardi, sebagai tangan panjang Bupati, di berbagai kesempatan memperkenalkan konsep one vilage one product.
“Setiap desa harus memiliki barang unggulan khas, yang di desa lain tidak ditemukan,” kata Camat Haryo, pada kesempatan ngobrol dengan infogunungkidul.com,5/5/17.
Dia menyebut contoh, di Padukuhan Kemuning, Desa Bunder ada kuliner jenis kacang, dikemas sederhana, kemudian diberi label aneh.
“Makan sebungkus, konsumen langsung anda bisa berdiri,” kata Ambar mengutip label nyentrik ala warga Kemuning.
Label itu menurutnya sangat menggoda. Dia mengingatkan, tidak boleh ada piktor (pikiran kotor). Menurutnya, habis makan kuliner jenis apa pun, terkecuali divabel terkena lumpuh, setiap orang pasti bisa berdiri.
Terkait dengan kuliner, Haryo menjelaskan, warga di sebelas desa yang menjadi tanggungjawabnya didorong ke ara usaha kecil, untuk keperluan perbaikan ekonomi sekala rumah tangga.
Slamet, S.Pd. MM, anggota DPRD DIY menilai, dalam mengembangkan dunia usaha di wilayahnya, Camat Haryo diilhami pemikiran Liem Sioe Liong.
Di akun face booknya, Slamet juga giat mempropokasi generasi muda agar mereka kreatif membuka usaha. Slamet menyebut contoh, ember jebol pun bisa memberi income pertanian, dengan ditanami cabe rawit.
“Tidak perlu besar, sekecil apapun usaha itu pasti bermafaat, setidaknya untuk diri sendiri. Kalau skalanya agak sedeng, bisa pula bermanfaat bagi orang lain,” paparnya. Maretha