JAKARTA, Jumat Wage – Pasca ditetapkannya UU Pemilu yang baru oleh DPR RI, peta politik nasional berubah total. Partai pendukung pemerintah langkahnya makin mantap, sementara partai oposisi dalam hal ini Demokrat dan Gerindra mulai mual. Ambang batas presidential threshold (PT) 20% dianggap menipu rakyat.
Tokoh puncak partai Demokrat – SBY, memiliki selera yang sama dengan ketua umum partai Gerindra – Prabowo Subiyanto. Kedua purnawirawan militer itu sama-sama menyukai ‘politik nasi goreng’.
SBY memiliki kesamaan pandangan dengan Prabowo, dalam hal sama-sama ingin mengawal jalannya pemerintahan Jokowi-JK.
“Kebijakan yang menguntungkan rakyat kita dukung, tetapi kebijakan yang tidak berpihak ke rakyat kita kritisi,” kata SBY-Prabowo dalam jumpa pers, di Cikeas Bogor 27/7/17 semalam.
Pertemuan SBY-Prabowo di Cikeas tidak lepas dari pilpres 2019 mendatang. Spekulasi menduga bahwa Prabowo-AHY bakal dipasangkan sebagai capres menyaingi Jokowi, menurut kompas tv, terlalu prematur.
Mulesnya Demokrat-Gerindra tidak lepas dari kepiawaian Jokowi. Pada masa Jokowi-JK naik istana, parlemen dikuasai koalisi merah putih (KMP).
Koalisi indonesia hebat (KIH) di tangan Jokowi berhasil menelikung KMP. Saat ini, Jokowi kembali menunjukkan kegeniusan politiknya. Ambang batas 20% membuat Mercy dan Garuda gerah.
Politik nasi goreng, dalam hal ini benar-benar tegang, terlihat repot dalam menghadapi strategi politik meubelair. Redaksi