Harga Melon Masih Melambung Tinggi, Ketua Dewan Geram Merasa Tak Diindahkan

848

WONOSARI, Sabtu Wage-Desakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Gunungkidul tentang kejelasan harga gas LPG 3kg belum diindahkan para pelaku usaha gas melon. Dibeberapa tempat harga masih melambung tinggi. Ketua Dewan Kabupaten Gunungkidul Geram, ia curiga ada permainan besar dibalik ini.

Ketika itu, Suharno, Ketua DPRD Kabupaten Gunungkidul meminta agen dan pangkalan gas LPG 3kg untuk menjual langsung kepada masyarakat miskin, sehingga harga bisa ditekan. Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp. 15.500,- jika harga tetap melambung tinggi jauh dari HET, agen atau pangkalan akan ditindak.

Desakan dan permintaan dewan tersebut nampaknya dicuwekin atau tidak diindahkan oleh sebagian agen atau pangkalan gas 3 kg. Terbukti di beberapa kecamatan, pengecer masih menjual dengan harga rata-rata Rp. 21.000,- sampai Rp. 23.000,-

Siti Fathonah, (35) salah satu pemilik warung pengecer di Kecamatan Nglipar, mereka menjual gas melon 3 kg, dengan harga Rp.23.000,- dengan alasan mengambil dari agenya saja sudah Rp. 21.500,-

Hal yang sama diungkapkan, Sugiyo (45), pedagang eceran di Kecamatan Gedangsari, mereka biasa menjual gas melon 3 kg dengan harga Rp. 22.000,-

“Tergantung harga dari agen, kalau agen mengambilnya sudah Rp. 21.000,- saya paling mengambil keuntungan Rp.1000,-,” ujarnya.

Berbeda lagi dengan wilayah Banaran, Kecamatan Playen, Ramlan Jumaji, pedagang eceran, ini menjual gas melon sudah Rp. 16.000,-.

Tampaknya agen atau pangkalan diwilayah ini sudah mau mengindahkan permintaan dewan.

Ketua Dewan Kabupaten Gunungkidul Suharno, SE, mengkhawatirkan, tidak diindahkan permintaannya dimungkinkan ada permainan besar dibalik ini.

Disamping itu, ia curiga, jangan-jangan ini bagian yang mengarah korupsi yang tertata.

Kecurigaannya bukan tanpa dasar, ketika dia sebagai Ketua DPRD terjun ke lapangan, memantau keadaan, tidak ada pemerintah kecamatan yang peduli.

“Bahkan surat edaran dari bupati pun dianggap surat biasa,” katanya, Jumat, (18/05).

Sebenarnya pangkalan harus paham aturan, lanjut dia, dengan sadar tidak menyalahgunakan hak rakyat kecil. Apalagi di bulan yang suci ramadhan ini harusnya di pakai beramal dan berbuat baik, punya rizeki berbagi kaum miskin.

“Bukan haknya kaum miskin malah dibagi-bagi, sungguh dosa besar,” ujarnya jengkel.

Coba bayangkan, lanjut Harno, kuota sehari Gunungkidul 12.000 tabung, jika dinaikkan 10.000 per tabung kali 30 hari, satu bulan uang rakyat miskin di korup tiga milyar enam ratus juta, sungguh nilai yang fantastik.

Dia justru kasian kepada pengecer di warung-warung, mereka tidak tahu kalau itu hak si miskin, mereka tidak paham kalau itu subsidi.

“Tahunya kulak dapat untung, padahal yang di jual milik rakyak miskin,” pungkasnya. (jok)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.