Memilih Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Gunungkidul

315

WONOSARI-KAMIS KLIWON | GunungkIdul merupakan daerah agraris terluas di Provinsi DIY. Kabupaten ini juga bisa disebut daerah maritim, karena memiliki pantai sepanjang 71 km. Di samping itu ada yang menyebut bahwa Gunungkidul adalah negeri “produsen perantau”.

Sunaryanta, Bupati yang berkuasa tahun 2021 hingga tahun 2024 itu pun adalah mantan perantau, berasal dari padukuhan Kuwarasan Wetan, Desa Kedung Keris Kapanewon Nglipar.

Pemilihan umum kepala daerah yang akan dilaksanakan November 2024 kabarnya banyak perantau yang mengincar kursi Gunungkidul 1. Dua diantaranya muncul nama Benyamin Sudarmaji dan Sunarto. Mereka bersemangat menghadapi Petahana

Siapapun yang terlibat di dalam kompetisi pemilihan kepala daerah kemudian terpilih, memiliki tanggung jawab berat dalam mengupayakan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul.

Alasannya, menurut Aris Suryanto, Sekdin Kominfo, pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan suatu daerah.

Badan Pusat Statistik merilis Pertumbuhan Ekonomi Gunungkidul tahun 2022 mencapai 5,22 %. Disertai catatan angka tersebut adalah tertinggi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dikutip dari berbagai sumber, negara atau daerah akan dinilai maju bila pertumbuhan ekonomi berada di angka 7,5% lima tahun berturut-turut.

Sejumlah tokoh asli Gunungkidul berbicara tentang bagaimana kabupaten terluas di DIY ini bisa mencapai pertumbuhan ekonomi di angka 7,5%. Mereka mulai adu argumentasi.

Apa yang harus dilakukan Bupati Sunaryanta maupun bakal calon Bupati 2024 untuk mencapai angka pertumbuhan sebesar 7,5% itu?

Eddy Praptono, Staf Ahli Bupati Bidang Ekonomi mengawali memberi gambaran liku-liku membangun pertumbuhan ekonomi.

Mengutip pikiran Liem Sioe Liong (Sudono Salim) Bos Konglomerat Salim Grup, kunci pertumbuhan ekonomi ada pada perdagangan barang.

“Terkait perdagangan barang, yang disupport tentunya ekspor impor,” terang Eddy Praptono, 22-2-2022.

Perdagangan menurutnya sangat dipengaruhi sektor produksi, yang faktanya GunungkIdul masih lemah, sehingga patut diduga ekspor lebih sedikit dibanding impor.

“Jika ingin mengandalkan sektor perdagangan, perlu disiapkan produk sebanyak banyaknya yang laku dijual ke luar, itu baru akan memacu laju pertumbuhan ekonomi,” terangnya.

Berdasarkan publikasi beberapa tahun terakhir ketersediaan barang diproduksi oleh pengusaha lokal strata kecil dan menengah, dan itu menyebar di 144 desa.

Saat penewu R Haryo Ambar Suwardi masih aktif di Patuk, menggelorakan slogan one village one product. Mantan Lurah Mertelu, Kapanewon Gedangsari mengaku, desanya merupakan pusat kerajinan bambu.

“Desa Mertelu pusat kerajinan bambu. ternyata dampak ekonominya sangat nyata,” timpal Tugiman.

(Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.