PEMILIH KECAMATAN PATUK AKAN KEMBALI DIPECUNDANGI

1355

WONOSARI, SENIN KLIWON – Pemilih asal Kecamatan Patuk selalu diincar dan diperebutkan oleh para caleg berasal dari luar wilayah. Selama 10 tahun, Patuk tidak memiliki wakil di DPRD Gunungkidul. Saya mencatat sebab utama mengapa Patuk selalu gagal mendudukkan wakil di DPRD Gunungkidul.

Sesuai DCS, Caleg asal Kecamatan Patuk yang bertarung pada Pemilu 2019 hanya 16 orang, sementara 2009 22 orang, dan 2014 19 personil. Logis, perebutan suara selalu dimenangkan oleh petarung dari luar.

Dugaan sementara, Patuk pada Pemilu serentak 17 April 2019 akan tetap menjadi tumbal, karena petarung-petarungnya hanya dimanfaatkan oleh Parpol yang memiliki nama besar.

Caleg asal Kecamatan Patuk dipertarungkan sebatas untuk mengambil (nenambah) suara, agar tokoh dari luar Patuk, dalam hal ini para petahana, bisa tetap bertahan di kursi kekuasaan.

DCS Pileg 2019 menunjukkan, petarung asal kecamatan Patuk sebagian besar (12) caleg minim pengalaman berperang. Berikut nama dan asal partai mereka.

Siti Rakhmi, Wayudi Suryanto, Ngatini (PKB); An Nissa Herdaningtyas (PDIP); Nurasid, Rusminah, Muhammad Hidayatul Mufid, Subroto (Golkar); Bambang Girianto (Nasdem); Sri Wahyuni (Berkarya); Maryati, Subali (PKS); Angga Pria Pratama (PPP); Aripin (PAN); Yahuda Patuh Karyono (Hanura); dan Hanna Sri Suwestri.

Enambelas caleg di atas, 12 orang adalah wajah baru, 4 lainnya wajah lama yang kalah bertarung pada pileg 2014. Total caleg yang bertarung di Dapil 2 pada Pemilu serentak 2019 adalah 76 personil.

Kompetisi yang tidak sebading, 12 melawan 64 orang. Caleg asal Patuk potensial seperti Subroto (Golkar) dan Aripin (PAN) harus berjuang ekstra keras berkompetis di internal partai mereka. Sepanjang kedua tokoh tersebut gigih, dimungkinkan Patuk terwakili.

Di Golkar, Subroto berkompetisi dengan Sarjono, di PAN Aripin bersaing dengan Edi Susilo dan Suharjo.

Subroto dan Aripin gagal, berarti pemilih Patuk kembali dipecundangi. Fakta terjadi dua periode pemilihan berturut-turut.

Penyebab utama, caleg dari luar agresif melakukan ekspansi, sementara tokoh asli Patuk lemah, tidak memiliki kekuatan untuk itu. Mereka tidak sanggup merebut suara di Gedangsari, Nglipar dan Ngawen. Tokoh Patuk, kelasnya baru sebagai pengepul suara, bukan sebagai pengambil kursi. Agung




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.