GEDANGSARI, SABTU PAHING -Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah penduduk miskin Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selalu berada di atas penduduk miskin Nasional. Namun BPS menyatakan, kemiskinan yang tinggi tidak berpengaruh kepada tingkat kebahagiaan.
Kepala BPS DIY, Johanes de Britto Priyono, MSc, dalam dialog Yogya Semesta yang diadakan di Balai Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Jumat malam, (06/04) menjelaskan, data kemiskinan DIY Maret 2016 sebesar 13,34% dan Maret 2017 sebesar 13.02%. Angka kemiskinan turun 0,32%.
Data penduduk miskin sampai Maret 2016 sebesar 494.940 orang, Maret 2017 menunjuk ke angka 488.530, atau turun 6.410 orang atau 1.30%.
Terlepas dari kontroversi perhitungan angka 1,32% dan 0,30%, menurut Kepala BPS DIY, mengindikasikan rata-rata pengeluaran penduduk miskin mendekati Garis Kemiskinan (GK).
“Sementara ketimpangan pengeluaran antar penduduk kian menyempit,” ujarnya.
Data Garis Kemiskinan (GK) Maret 2016 sebesar Rp. 354.084/kapita/bulan, Maret 2017 sebesar Rp. 374.000/kapita/bulan, menunjuk angka kenaikan Rp. 19.916 atau 5,63%.
Tingkat kemiskinan, lanjut Priyono, tidak mempengaruhi kebahagiaan suatu daerah. Dia menyebut DIY berpenghasilan paling kecil di Jawa, tetapi pada tahun 2017 memiliki Indeks Kebahagiaan tertinggi di Jawa, sebesar 72,93%.
“Miskin tapi bahagia, karena relasi sosial masyarakat DIY bagus, merasa berharga, merasa bangga bisa tolong menolong,” pungkasnya. (Joko)