Petani Sungkan Jual Gabah

236

PLAYEN-JUMAT LEGI | Gandung Sukarman, warga Jatisari, Desa Playen, Kapanewon Playen, Gunungkidul petani lahan sempit 1.200 m² berupa tegal, panen padi 4-2-2022 sebanyak 27 bagor (sag). Dia ogah jual gabah, karena harganya terlalu murah.

“Padi jenis Pepe ketika diubin, per 2,5 meter persegi menghasilkan 8,1 kg gabah basah (GB),” ujar Gandung Sukarman, 24-2-2023.

GB 27 bagor tersebut setelah dijemur tinggal 21 Bagor, sebanding dengan gabah kering giling (GKG) 700 kg. Dia tidak berniat menjual gabah karena harganya kelewat murah.

Badan Pangan Nasional menentukan harga GKG per kg Rp 4,500,00. Jika GKG Gandung Sukarman dijual ke penggilingan dia hanya menerima duit sebesar Rp 3.150.000,00. Itu, kata Gandung, belum dikurangi ongkos produksi.

“Total biaya yang kami keluarkan, untuk lahan seluas 1.200 m² tidak kurang dari Rp 2.610.000,00,” terang Gandung Gandung.

Lebih rinci dia menyebutkan bahwa ongkos yang harus dibayar terdiri atas delapan (8) jenis pos meliputi:
1 Benih Rp 60.000
2. Pupuk dasar Rp 240.000
3. Pupuk majemuk Rp 120.000
4. Pupuk organik Rp 120.000
5. Tenaga tanam Rp 240.000
6. Tenaga duduh Rp 300.000
7.Tenaga panen Rp 1.000.000
8. Ongkos menggiling gabah Rp 210.000
Total biaya Rp 2.610.000

Kalau petani harus menjual gabah, timpal Rini, istri Gandung Sukarman, keuntungannya sedikit. Harga gabah kering giling oleh pemerintah dipatok Rp 4.500,00, padahal panen kami hanya 700 kg. Berarti hanya laku Rp 3.150.000,00. Dikurangi ongkos Rp 2.610.000,00 dapat sisa Rp 540.000,00.

Rini berfikir lebih baik masuk penggilingan, karena panen 21 bagor GKG sama dengan 445 kg beras.

“Harga di pasar Playen Rp 10.000,00. Dijual beras, kami bisa terima duit Rp 4.450.000,00. Ada keuntungan Rp 1.840.000,00,” pungkasnya.

(Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.