WONOSARI-MINGGU LEGI | Jelang pelaksanaan pemungutan suara, tokoh milenial Kabupaten Gunungkidul Ir. Kelik Agung Nugroho kembali berpandangan, gelaran Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 Kabupaten Gunungkidul saat ini terburuk sepanjang sejarah. “Pilkada untuk Rakyat atau Rakyat untuk Pilkada”. Diungkapan dalam bahasa Jawa, “Gajah Numpak Becak Ketok nDobose”.
Kelik mengungkapkan, Pilkada Gunungkidul 2020 ditinjau dari kualitas hukum yang berbasis pada penerimaan putusan dalam peradilan, legitimasinya tidak ada sama sekali. Pilkada untuk rakyat menurutnya, menghadirkan Pilkada yang nyata untuk rakyat bukan sebaliknya rakyat yang dieksploitir untuk bahan Pilkada.
“Yang terjadi sekarang bukan Pilkada untuk rakyat. Mengapa demikian, karena pada saat proses rekrutmennya saja sudah mengeluarkan itu,” tegas Kelik Rabu, (02/12/2020) siang.
Jika saat ini, ujar Kelik, akhirnya masyarakat menerima karena dipaksa, mau tidak mau salah satu dari keempat kandidat yang ada adalah calon pemimpin Kabupaten Gunungkidul ke depan. Hal tersebut yang melatarbelakangi akhirnya masyarakat menggunakan hak pilihnya.
“Jadi sekali lagi kalau ditanya, saat ini apakah Pilkada untuk rakyat jawabnya bukan, tetapi rakyat untuk Pilkada,” tegas Kelik.
Lebih lanjut Kelik menyampaikan, saat ini dirinya mengajak masyarakat Gunungkidul untuk bangun dari tidur lamanya. Jangan membiasakan tanpa orang lain kita bisa karena hakekatnya membangun itu pekerjaan kolektif tidak dikerjakan orang perorang.
“Dengan situasi saat ini, saya harap masyarakat mampu memahami kalimat yang saya sampaikan. Marilah kita ciptakan medan perang kita sendiri-sendiri. Jadi, bagaimana kita akan pernah menang apabila kita tidak pernah berperang. Mari kita keluar dari zona nyaman yang menipu ini. APBD Gunungkidul sangat kecil tinggal 40 persen dari biaya rutin. Bagaimana mewujudkan dengan program kerja yang bombastis, jangan sampai seperti Orang Jawa ungkapkan, Gajah numpak becak ketok apane, jelas ketok nDobose,” pungkas Kelik. (Agus SW)