Prof. Dr. AG. K.H. Muhammad Quraish Shihab, Lc. M.A. melalui Chanel Youtube menyatakan agak terganggu ketika narasi Idul Fitri yang beredar di masyarakat diterjemahkan sebagai hari kemenangan.
“Kemenangan melawan siapa? Melawan hawa nafsu, atau melawan setan?” tanya mantan Menteri Agama Indonesia era Kabinet Pembangunan VII itu.
Melawan nafsu dan setan itu tidak cukup sebulan. Sepanjang hayat menurutnya manusia terus berjuang tanpa henti. Manusia tidak tahu menang atau kalah, karena penentunya adalah Allah SWT.
Tujuan puasa, sebagaimana diterangkan dalam Surat Al-Baqarah Ayat 183, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
Agar kamu bertakwa, bukan agar kamu menang, demikian Quraish Shihab meluruskan.
Menurutnya, minal aizin wal faizin maknanya adalah semoga Allah menjadikan kita termasuk dalam golongan orang orang yang kembali.
Bagi orang yang menguasai bahasa Arab, dalam doa tersebut sama sekali tidak ada kata kemenangan.
Perkara masyarakat Indonesia kemudian menganggap minal aizin wal faizin itu analog dengan mohon maaf lahir batin, tidak masalah, tetapi mohon maaf lahir batin bukan terjemahan dari minal aizin wal faizin.
Kalimat mohon maaf lahir batin Quraish Shihab anggap sebagai produk kebudayaan.
Dia juga mengupas doa Taqobalallahu minna wa mingkum yang artinya, Semoga Allah menerima amal ibadah kami dan amal ibadah kalian.
Kalimat di atas banyak digunakan umat Islam di Indonesia, ketika bertemu sesama muslim pada lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.
(Bambang Wahyu)