WONOSARI, KAMIS LEGI– Karang Taruna Sasana Muda Tama Siraman bekerjasama dengan Pemerintah Desa Siraman Kecamatan Wonosari menggelar acara Siraman Culture Festival (SCF). Kawula muda memilih tema “Crah Agawe Bubrah Rukun Agawe Santosa”. Ini kiat lain untuk melestarikan kebudayaan dari hantaman jaman.
Heri Santosa Ketua Panitia menjelaskan, SCF 2018 akan menjadi kegiatan tahunan dengan konsep mewah dan megah. Semua unggulan potensi seni dan budaya asli Desa Siraman ditampilkan secara terjadwal baik yang berupa pertunjukan maupun perlombaan.
Rangkaian kegiatan SCF dilaksanakan mulai 22 – 25 November 2018 bertempat di komplek Balai Desa Siraman. Direncanakan pembukaan acara SCF akan dihadiri Bupati Gunungkidul Hj. Badingah, S.Sos beserta jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait.
“SCF merupakan kegiatan unjuk kebolehan dan penampilan potensi seni budaya Desa Siraman. Tahun ini mengusung tema Crah Agawe Bubrah, Rukun Agawe Santosa dengan maksud mempersatukan seluruh warga masyarakat dalam kegiatan seni budaya,” jelas Heri, Kamis, (22/11).
Lebih lanjut Heri menyampaikan, SCF diharapkan menjadi media untuk mengukur bobot kebudayaan Desa Siraman. Tujuannya agar nilai budaya asli tidak tergerus jaman.
“SCF baru pertama kali digelar. Pernah, tahun 2017 ada kegiatan sejenis namanya pekan seni dan budaya. Nama Siraman Culture Festival sengaja dipilih karena warga ingin memiliki ciri khas, yang berbeda dengan desa-desa lain,” ungkapnya.
Rangkaian kegiatan SCF diawali dengan ritual rumekso ing wengi Kamis, (22/11) pukul 19.00-22.00 WIB, dilanjutkan ragam agenda lain seperti seni reog, seni gejog lesung, lomba nulis aksara jawa dan lain-lain hingga berakhir pada Minggu, (25/11).
SCF 2018 diharapkan menjadi wadahg pemersatu seluruh elemen masyarakat Desa Siraman. Melalui seni dan budaya warga akan berdampingan hidup rukun, nunggal tekad mewujudkan Siraman maju kearah yang lebih baik. Ag/ig