SEMANU, Rabu Wage – Amukan badai siklon tropis Cempaka akhir November 2017, tak hanya membawa bencana, ada berkah melimpah pasca musibah. Lubang lebar menganga dengan kedalaman puluhan meter di perbatasan Padukuhan Serpeng, dan Dengok Ngampo, Desa Pacarejo, Kecamatan Semanu mendadak viral, menjadi obyek wisata dadakan.
Setiap hari ratusan hingga ribuan pengunjung berduyun-duyun mendatangi lokasi Luweng Anyar. Hal ini membawa berkah bagi masyarakat sekitar, puluhan pedagang makanan minuman hingga petugas parkir meraup rezeki dari pengunjung.
Suratin, pengelola Luweng Anyar menyatakan amblasnya tanah hingga terbentuk luweng yang sangat lebar, dan dalam, memancing rasa penasaran banyak orang untuk berkunjung.
“Dulu sebelum banjir disini ini memang sudah ada luweng, namanya Luweng Blimbing tetapi lebarnya hanya puluhan meter dengan kedalaman 75 meter,” jelasnya.
Saat diamuk banjir bandang, sambung Suratin, arus air menuju satu titik yaitu Luweng Blimbing. Akibat tak sanggup menampung besarnya debit air, maka terjadilah ambrol dan terbentuk Luweng Anyar. Awalnya air melimpah dan berwarna kehijauan, bukan coklat keruh seperti umumnya air banjir. Hal inilah yang menjadi magnet penarik datangnya pengunjung untuk datang.
“Lebarnya sekarang mencapai lebih kurang 600 meter dengan kedalaman 60-an meter. Dan setiap turun hujan, lebar terus bertambah sekitar 30 centimeter,” lanjut Suratin.
Meski kian hari airnya semakin susut, namun atensi pengunjung tak juga surut. Maka Suratin berharap Luweng Anyar bisa menjadi destinasi wisata baru yang memberi kemakmuran bagi warga disekitarnya, yakni Serpeng, dan Dengok.
Sebab menurut Suratin, jika dibangun flying fox seperti di Goa Ngingrong, akan mampu menjadi destinasi wisata handal penarik wisatawan berkunjung ke Gunungkidul.
“Disebelah timur luweng ini ada goa juga, sebelah selatan yang tak jauh dari sini sudah ada Luweng Sindon. Maka harapan saya ada kepedulian dari Pemerintah Desa Pacarejo maupun Pemkab Gunungkidul,” jelasnya
Sementara itu diungkapkan Atun, warga Padukuhan Dengok yang berdagang buah di lokasi Luweng Anyar, dirinya menangguk untung sejak pengunjung berdatangan ke lokasi tersebut.
“Setiap hari Sabtu atau Minggu pengunjungnya sangat banyak, ribuan orang pokoknya. Mereka selfie dan berwisata disini. Hari biasa seperti ini saja masih banyak yang berkunjung dan ini menjadi sumber rezeki baru buat kami,” kata Atun.
Anton, pengunjung asal Sleman mengaku jauh-jauh datang ke Luweng Anyar sekedar untuk membuktikan fenomena alam terbentuknya luweng pasca bencana banjir.
“Luweng Anyar ini jika diteliti, bebatuan yang ada sangat menarik sebab terdiri banyak lapisan. Saya yakin terbentuk sejak jutaan tahun lampau namun baru terungkap saat ini,” jelasnya.
Dalam hitungan Anton, paling tidak terdapat puluhan lapisan yang masing-masing memiliki ketebalan berbeda. Lapisan batu yang nampak terdiri dari bebatuan kapur, hingga zeolith yang kemudian diduga menyebabkan air menjadi berwarna kehijauan. Untuk membuktikan kandungan batu apa saja yang ada di Luweng Anyar, butuh penelitian ahli geologi terlebih dahulu. Red