WONOSARI-SENIN PON | Menindaklanjuti informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait potensi La Nina yang diperkirakan akan terjadi pada musim penghujan tahun ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul melakukan sejumlah upaya antisipasi.
Salah satu hal yang saat ini dilakukan BPBD yakni memetakan daerah rawan bencana.
Hal itu diungkapkan oleh Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Gunungkidul Agus Wibawa. Setidaknya, disampaikan Agus, terdapat 10 kapanewon yang berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi yang terbagi dalam 3 kategori.
“Banjir genangan, dan potensi banjir dari luapan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan aliran utama Sungai Oya,” jelas Agus Minggu, (18/10/2020) sore.
Masuk Zona tersebut, menurut Agus, meliputi Kapanewon Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, dan Semin. Sedangkan banjir dari luapan Sungai Oya berpotensi terjadi di Semin, Ngawen, Patuk, Playen, dan Panggang.
“Kalau banjir genangan, wilayah yang berpotensi antara lain Wonosari, Semanu, Karangmojo, dan Playen,” ungkapnya.
Berkaitan dengan potensi tersebut, lebih lanjut Agus menambahkan, pihaknya menyiapkan Tim Reaksi Cepat (TRC) Sebanyak 24 personel.
Selain itu, pihaknya telah menyampaikan informasi ke seluruh Desa Tangguh Bencana (Destana) agar siaga menghadapi La Nina yang mungkin saja terjadi pada musin ini.
Sementara itu, diakui Agus, bahwa BPBD Kabupaten Gunungkidul telah menerima instruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terkait antisipasi potensi La Nina antara lain yakni, melakukan susur sungai hingga berkoordinasi dengan pemerintah setempat untuk mengidentifikasi potensi bencana.
“Sosialisasi ke masyarakat juga perlu dilakukan, terutama pada mereka yang tinggal di wilayah rawan bencana,” ujar Agus.
Sedang sumber dana, dikatakan Agus, BPBD Gunungkidul masih tetap mengandalkan anggaran rutin. Anggaran tersebut rencananya akan digunakan untuk penanganan evakuasi, logistik, hingga peralatan.
Terpisah, Kasi Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul Sapto Wibowo menyampaikan, bahwa anggaran tersebut disiapkan sejak awal 2020. Ia memaparkan, guna penanganan darurat sejumlah Rp 120 juta telah disiapkan.
“Seingat saya Rp 60 juta untuk penggunaan ekskavator dan Rp 60 juta lagi untuk belanja logistik,” katanya.
Sapto menjelaskan, dana tersebut merupakan anggaran darurat BPBD Gunungkidu, salah satunya juga dipersiapkan untuk penanganan dampak kekeringan.
“Sebagian juga untuk penanganan kekeringan yang masih terjadi di sejumlah wilayah Gunungkidul,” ujarnya. (Hery)