Gaya Penuturan Sejarah Gunungkidul Dirombak

320

WONOSARI-KAMIS WAGE | Di bidang sastra terdapat tiga jenis narasi: 1. Mythe, 2. Legende, serta 3. Fabel. Mythe merupakan uraian yang berkaitan dengan roh halus, Legende narasi terjadinya suatu tempat, Fabel cerita yang berhubungan dengan dunia binatang.

Legenda Gunungkidul yang kemudian dirakit menjadi sejarah berdirinya daerah itu dirombak total. Bagian awal telah dimuat dalam website pemerintah kabupaten.

“Memang diubah, tetapi belum rampung dan belum komplit,” tulis Rudi Ismanto Kepala Bidang Sejarah, Bahasa, Sastra dan Permusiuman, Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul lewat aplikasi WhatsApp, 1-2-2023.

Penulisan Sejarah Kabupaten Gunungkidul versi lama berupa cerita rakyat bercampur mitos. Pada awal 2023 diubah total. Cara atau gaya penulisan menggunakan bahasa ilmiah populer.

Namun Slamet, S.Pd. MM mantan anggota DPRD DIY yang dulu dari Fraksi Golkar sekarang berpindah ke Partai Gerindra menyatakan, dalam penulisan yang baru ada sesuatu yang hilang, sekaligus kurang.

“Nama tempat seperti Ponggangan (Katongan) hilang. Di samping itu penetapan dalam bentuk Peraturan Bupati, belum muncul,” demikian Slamet menyoroti.

Memang, Sejarah lahirnya GunungkIdul ditulis sangat simpel, tetapi dilengkapi dengan literatur.

“Perubahan tersebut kami lakukan karena Dinas Kebudayaan mendapat perintah dari Pak Bupati Sunaryanta,” terang Rudi Ismanto, tanpa menyebut nomor surat perintah yang dimaksud.

Cara penuturan yang baru, dilakukan agar masyarakat gampang dalam memahami riwayat berdirinya Kabupaten Gunungkidul.

Kabid Sejarah, Bahasa, Sastra dan Permusiuman, yang secara teknis menangani perubahan menyatakan, awal tahun 2023, perubahan penuturan sejarah Kabupaten Gunungkidul harus sudah selesai.

Soal Peraturan Bupati memang belum diterbitkan, kata Rudi Ismanto. Hal tersebut menunggu audiensi dan lengkapnya data.

Deskripsi Sejarah Gunungkidul yang baru, sangat berbeda dengan versi lama, tetapi tidak ada perubahan substantif, kecuali rencana tanggal lahirnya Kabupaten Gunungkidul. Hal ini masih dikonsultasikan dengan para ahli.

Fakta lama, yang ditulis dalam website, Gunungkidul lahir 27 Mei 1831, dilengkapi dengan peran tokoh Demang Wono Pawiro plus literatur dari Mr. Raden Mas Suryadiningrat yang ditulis tahun 1939.

Doktor Tugiman, warga Kedungpoh, Nglipar, yang saat ini menjadi tenaga pengajar pada program Pasca Sarjana Unpas Bandung memberi masukan untuk referensi.

“Sejarah merupakan rangkaian peristiwa masa lalu yang sebenarnya, direkam secara tepat dan baik, sehingga dapat digunakan sebagai dokumen terpercaya dan absah, serta dapat digunakan sebagai kajian bagi generasi berikutnya. Sejarah yang benar harus mampu menjelaskan suatu peristiwa, yang didukung dengan data dan fakta, bukan dari versi dan halusinasi,” ujar ahli hukum tata negara itu.

(Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.