SAPTOSARI-RABU PON | Sabiya (55) tinggal di Padukuhan Sawah Kelurahan Krambilsawit, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Jauh dari kata PIYAYI ataupun MIYAYENI seperti pejabat pada umumnya, Sabiyo sosok pemimpin sederhana, dari pesisir selatan Gunungkidul.
Tak ada yang mengira, Bapak dua orang anak ini tampak seperti masyarakat biasa, berpenampilan sederhana sebagai seorang petani tulen.
Bergelut dengan pertanian, berkebun hingga memelihara ternak, merupakam keseharian Sabiyo.
Hujan ataupun panas bukan lagi menjadi halangan baginya, namun dengan bangga Sabiyo tampak menikmati.
Bagi sebagian orang yang belum mengenalnya, tentu saja tidak akan percaya bahwa Sabiya adalah seorang Lurah Kalurahan Krambilsawit, Kapanewon Saptosari, Kabupaten Gunungkidul.
“Saya dua kali menjabat, yang periode pertama di era delapan tahunan masa kerja, terus berhenti dan atas dorongan masyarakat saya maju lagi tahun 2019 dan Alhamdulillah terpilih. Sebelum menjabat Kepala Desa atau sekarang dengan sebutan Lurah, saya menjabat Dukuh selama 32 tahun,” ungkap Sabiyo, Sabtu, (14/11/2020) sore.
Sabiyo berkisah, baginya, Lurah hanyalah sekedar jabatan yang gajinya pun juga tidak terlalu tinggi. Bertani dan berternak ia gunakan untuk hiburan, selain menambah penghasilan.
Dengan kesederhanaanya, Sabiyo merasa terhibur, justru pada saat ia berada di ladang, berkebun, juga mengurus hewan ternaknya.
Pergi pada pagi buta hingga tiba waktu berangkat ke kantor, Sabiyo pun baru pulang untuk menjalankan tugas kantor sebagai seorang lurah.
Usai berkantor Sabiyo pun lantas pulang untuk kembali melakoni hidup tanpa gengsi sebagai anak seorang petani warisan leluhur sejati dibumi Hadayani.
“Biasa setelah Subuh saya telah ke sawah, nanti jam 07.00 WIB pulang siap-siap ke kantor. Pulang kantor ya ke sawah lagi,” jelas Sabiyo, sambil tersenyum.
Walau tanpa ia sadari, sosok Sabiyo menberikan inspirasi sekaligus pelajaran berharga bagi kami, bahwa bertani merupakan soko guru perekonian Negeri tercinta ini.
Selain itu, meski tak sempat berucap Sabiyo meyakini, bahwa hasil bertani lebih nikmat dari Korupsi. (Agus/Karyanto)