SALAH satu ciri manusia Indonesia tidak akan menundukkan kepala ketika tidak diperingatkan secara keras. Sentilan lembut tidak akan melunakkan hati yang mengeras
Penguasa alam semesta menggenggam kekuatan maha. Menciptakan dan memusnahkan apapun tinggal berfirman jadilah maka jadilah sesutatu yang Dia kehendaki.
Hiduplah maka hidup pula sesuatu yang Dia kehendaki hidup. Musnahlah, maka musnah pula sesuatu yang Dia kehendaki.
Kata musnah, memusnahkan, dan dimusnahkan, di dalam Al Qur’an disebut hingga beberapa kali.
Itu petunjuk dan pertanda bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan yang tidak akan bisa dilawan oleh makhluk apa pun, termasuk oleh manusia.
Kata musnah disebut di dalam Surat Hud Ayat 100, At Taubah Ayat 70 dan Al An’nam Ayat 133.
Kata memusnahkan dengan varian musnahkan ditulis di dalam Al Hasyr Ayat 2, An Fal Ayat 7, Al A’raf 72, Al An’am Ayat 133 serta Al Baqarah Ayat 276.
Sementara kata dimusnahkan terulis di dalam An Nisa’ Ayat 133, Al An’am 133, dan di dalam Al Mu’Minun Ayat 41.
Apa pun tanpa kecuali bisa dimusnahkan dalam hitungan sekejap. Manusia tidak kuasa menghalangi, apa lagi melawan.
Di depan 270 juta penduduk Indonesis Dia memanggil Nanggala 402 begitu mudah kemudian menimbulkan duka mendalam.
Apakah Pemerintah juga berduka saat Dia memerintahkan ribuan nyawa berpulang ke asalnya selama dua tahun terakhir sejak Maret 2020 hingga Maret 2021.
Tidak, penguasa hanya menundukkan kepala jika dibenturkan keras dengan peristiwa 53 prajurit di perairan Pulau Bali.
“Kalau Allah menghendaki, niscaya dimusnahkan-Nya kamu semua wahai manusia! Kemudian Dia datangkan (umat) yang lain (sebagai penggantimu). Dan Allah Maha Kuasa berbuat demikian,” dikutib dari QS. An-Nisa’ Ayat 133, via Al-Qur’an Indonesia https://quran-id.com. (Bambang Widayadi)