MENELUSURI HANCURNYA TOBONG GAMPING DI GUNUNG KIDUL

3162

WONOSARI-SABTU PAHING | Seorang penulis yang tidak memahami perkembangan ekonomi di Gunungkidul tahun 1960-1970, meleset menyimpulkan, bahwa Tobong Gamping di Siluk Kapanewon Panggang dianggap sebagai menara pengintai peninggalan penjajah Belanda atau Jepang.

Pemda Gunungkidul, yang secara Ketatanegaraan digawangi Eksekutif dan Legeslatif pun tidak pernah menyadari, bahwa lenyapnya peradaban Tobong Gamping adalah karena Perda yang mengatur keberadaan tambang galian C.

Perda defakto dejure mengubah tobong tradisional menjadi tobong moderen untuk mengejar pendapatan asli daerah.

Sejak Pemerintahan berada di tangan KRT Harjo Hadinegoro (Youtikno) tobong gamping moderen makin rakus mengeruk batu gamping di sektor timur Gunungkidul seperti di Ponjong dan Semanu.

Pada masa Bupati KRT Joyodiningrat tahun 1959 hingga 1974, tobong gamping tradisional tumbuh subur di Gunungkidul.

Carik Desa Gading, Kapanewon Playen terbilang sebagai dedengkot Tobong gamping tradisional. Dia berkantor di rumah, persisnya di simpang empat Gading, pojok Bangjo.

Tobong gamping tradisional yang dia kelola berada di Beji Wero, dengan satu armada truk Batu Putih untuk keperluan mobilisasi. Carik Gading mulai bergerak sekitar tahun 1965.

Untuk Kapanewon Wonosari, tobong gamping besar ada di Desa Karangrejek, pemiliknya Pawiro Saman, tahun 1974 masih berproduksi.

Secara administratif tidak ditemukan data akurat, tetapi tobong gamping tradisional terdapat juga di Siluk Kapanewon Panggang, Tepus, Tanjungsari dan yang lain.

Mengapa Tobong gamping tradisional hancur? Di depan tadi telah disebutkan bahwa Perda produk Eksekutif dan Legeslatif secara tidak langsung membenturkan Tobong tradisional dengan tobong moderen, sehingga yang tradisional tergilas habis.

Para pegiat lingkungan pernah mengingatkan Bupati Youtikno untuk tidak awur-awuran menggempur gunung gamping dengan alasan mengejar pendapatan asli daerah.

Sementara itu Youtekno menjawab ringan bahwa gempuran bisa direklamasi dengan cara menguruk dengan tanah. Alasan Youtikno tidak terealisasi, karena dia keburu masuk panjara sebab kasus perahu fiktif.

Tahun 2022 Tobong Gamping tradisional mau dimonumenkan di bundaran Siyono. Pertanyaan sederhana: Pemda Gunungkidul ini sadar atau tidak bahwa yang menghancurkan Tobong Gamping tradisional adalah dirinya sendiri. (Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.