SOEKARNO, Presiden Pertana pernah merintis Padi Sentra. Soeharto Presiden Kedua pernah mencapai swasembada beras. Joko Widodo Presiden Ketujuh tak pernah berhenti mengimpor beras. Presiden Kedelapan, siapa pun dia, tidak akan berani menjamin rakyatnya bakal makan selain beras.
Menelusuri sejarah, Presiden Pertama, Soekarno, soal ketersediaan beras pernah merintis program Padi Sentra. Itu dimulai pada tahun 1959. Hasilnya belum kelihatan keburu meletus G-30-S alias pemberontakan PKI 1965.
Presiden Soeharto dengan Orde Baru sempat membawa Indonesia sukses swasembada beras dalam waktu 15 tahun (1969-1984). Yang dicapai Soeharto membuat dunia berdecak kagum.
Organisasi Pangan Dunia FAO oleh sebab itu mengundang Soeharto ke Roma, Ibukota Italia, guna memaparkan kiat Indonesia secara teknis upaya yang dilakukan, sehingga Indonesia mencapai puncak swasembada beras di tahun 1983-1984.
“Saya jelaskan bahwa usaha kita dalam meningkatkan produksi pangan khususnya beras yang merupakan makanan pokok, kita dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Tujuan kita adalah untuk secara bertahap mencapai swasembada pangan, meningkatkan mutu gizi, meningkatkan pendapatan dan tingkat hidup petani, serta mendorong perkembangan ekonomi pada umumnya,” demikian kata Soeharto, di Roma, 14 September 1985 dalam otobiografi yang ditulis G Dwipayana dan Ramadhan KH, halaman 2 alinea 6.
Soeharto memaparkan, produksi beras Indonesia pada tahun 1969 hanya 12,2 juta ton tetapi dalam tahun 1984 Indonesia mampu memproduksi beras lebih dari 25,8 juta ton.
Dengan produksi beras yang melimpah, bukan berarti Indonesia lantas mampu melakukan eksport beras, tetapi setidaknya telah merintis memberi sumbangan kepada warga dunia dalam bentuk gabah kering giling.
“Para petani Indonesia secara gotong royong dan sukarela berhasil mengumpulkan gabah sebanyak 100.000 ton. Para petani Indonesia telah meminta kepada saya untuk menyerahkan gabah itu kepada FAO untuk selanjutnya diteruskan kepada saudara-saudara mereka dengan keluarganya yang mengalami kelaparan di berbagai kawasan khususnya di benua Afrika,” terang Presiden Soeharto.
Presiden ke-3 hingga ke-7 dengan Orde Reformasi, selama 24 tahun (1998-2023) masih belum mampu menandingi prestasi swasembada beras seperti yang dicapai Soeharto. Saat ini (2023) dalam hal import beras malah semakin kencang.
Dikutip dari berbagai sumber, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso menyatakan, Indonesia membeli beras jenis premium terdiri dari 170 ribu ton dari Thailand, 20 ribu ton dari Vietnam, dan 10 ribu ton dari Pakistan.
Nah, apa presiden ke-8, siapa pun yang terpilih dalam pemilu serentak 2024 bisa mengulang keberhasilan presiden Soeharto? Ketersediaan pangan menjadi pertanyaan sekaligus isu menarik.
Beranikah para kandidat Pemilu serentak 2024 menaruh perhatian pada swasembada pangan untuk 270 juta jiwa penduduk Indonesia?
Saat ini mereka sibuk menonjolkan diri sebagai bakal calon presiden, tetapi miskin konsep bagaimana negara agraris tidak bergantung kepada import beras.
(Bambang Wahyu)