Nelayan Gunungkidul Larung Sesajen ke Laut, Dengan Biaya Ratusan Juta

5077

GIRISUBO-SENIN PON | Nelayan Pantai Sadeng, Girisubo, Gunungkidul, Yogyakarta, larung sesaji telan biaya hampir Rp 250 juta. 28-7-2023. Untuk apa saja? Tidak ada detail rincian penggunaan.

Dana sesaji itu berasal dari tiga sumber: swadaya nelayan, donatur tak mengikat, dan dari dana keistimewaan.

Ketua Kelompok Nelayan Mina Raharja, Sarpan mengatakan, tradisi larung sesajen merupakan tasyakuran, setahun sekali, sebab dianugerahi rezeki laut.

Dalam ritual tersebut rangkaian sesaji dilarung ke tengah laut menggunakan puluhan kapal.

“Sesaji menelan anggaran Rp 234 juta rupiah,” kata Sarpan.

Menurutnya tradisi petik laut adalah agenda rutin. Sudah dikerjakan sejak Tahun 1986 oleh para sesepuh. Rangkaian kegiatan petik laut digelar selama 7 hari.

“Semua bersuka cita menyambut upacara petik laut,” tandas Sarpan.

Bupati Gunungkidul, Sunaryanta mengaku baru pertama kali mengikuti kegiatan petik laut. Dia senang ritual petik laut bisa dilaksanakan secara meriah.

“Warga Pantai Sadeng percaya, melakukan ritual petik laut menambah berkah. Penangkapan ikan tahun 2023 lebih melimpah,” kata Bupati.

Pelabuhan Sadeng menurut Bupati memberi kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi di Gunungkidul. Dia menegaskan, petik laut diharap dapat menguatkan persatuan dan persatuan warga nelayan di wilayah itu.

“Tidak hanya sisi ekonomi, tapi juga guyup rukun, antar nelayan semakin kuat,” kata Bupati

Ritual petik laut dipimpin sesepuh setempat. Sebelum perahu yang diisi sesaji dilarung, warga berkenduri dan doa bersama.

Sesaji dibawa ke tengah laut diikuti nelayan dengan puluhan kapal lainnya.

Yang menyaksikan kegiatan sesaji petik laut, di antaranya: Ketua DPRD Gunungkidul, Danlanal Yogyakarta, Dinas Perikanan DIY, Dinas Perikanan Gunungkidul, serta nelayan setempat.

Sesaji petik laut tidak lepas dari keberadaan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sadeng.

Dikonfirmasi, Kabid Perikanan Tangkap Dinas Kelautan Gunungkidul, Wahid Supriyadi, SH. M.Si menyatakan TPI seluruh GunungkIdul ada delapan tempat.

“Sadeng, Siung, Drini, Ngandong, Baron, Ngrenehan, dan Gesing. Yang TPI Nampu rusak diterjang ombak,” terang Wahid Supriyadi,30-7-2023.

Tentang retribusi yang disetor ke Pemda, menurutnya sekitar Rp 400 juta per tahun.

Soal proyeksi pendapatan nelayan, berdasarkan data dari petugas UPT, tahun 2022 sekitar Rp.34.589.132,00.

“Itu seluruh rumah tangga nelayan se Gunungkidul, berdasarkan pembagian nilai produksi-biaya operasional dibagi sejumlah Rumah tangga Nelayan,” kata Kabid Ikan Tangkap.

Diminta pendapatnya ihwal biaya sesaji laut itu pemborosan atau sebaliknya, Wahid Supriyadi mengelak.

“Mohon maaf, bukan kapasitas saya untuk menilai boros atau irit, karena mesti ada pembandingnya,” pungkas dia.

Di bulan yang sama, Nelayan Pantai Baron juga melakukan ritual mewah. Bedanya tidak ada informasi tentang biaya yang dikeluarkan.

Menarik untuk dicermati, sesajen yang dilarung ke laut itu dipersembahkan kepada siapa, tidak seorang pun mengetahui secara pasti. Termasuk para nelayan.

(Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.