Tanjungsari, Minggu Kliwon—Puluhan tahun silam, Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari adalah desa termiskin di DIY. Kekeringan setiap musim kemarau, tingkat pendidikan rendah hingga membuat warganya banyak jadi babu alias PRT. Tapi itu dulu, zaman telah berubah dan Desa Kemadang menjadi desa mandiri di Gunungkidul.
100 % warganya kini telah memiliki pekerjaan untuk meningkatkan ekonomi keluarga. Bahkan Kemadang sekarang maju pesat meninggalkan desa-desa lain yang ada di Gunungkidul. Hal ini disampaikan Wakil Bupati Gunungkidul, Dr Drs H Immawan Wahyudi, MH saat melakukan Pemantauan Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), di desa tersebut, Minggu (17/09).
“Jika waktunya tidak tepat, saat ini untuk melaksanakan kerja bakti saja disini sulit mengumpulkan warga. Kok bisa ? Karena warganya sibuk dengan kegiatannya masing-masing,” ungkapnya.
Kegiatan pemantauan PATBM di Kecamatan Tanjungsari ini juga dihadiri Staf Kepresidenan RI, Sylvana Maria Ph.D, Candidate Staf Ahli Utama Bidang Perempuan dan Anak yang didampingi Rini Handayani, SE. MM, Asisten Deputi Perlindungan Anak Dari Kekerasan dan Ekploitasi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Pada kesempatan tersebut, sekaligus dilaksanakan deklarasi bertema Bersama Desa Kemadang Menuju Desa Wisata Bahari yang Berbudaya Dan Ramah Anak Bebas Kekerasan dan Ekploitasi Anak.
Saat melakukan dialog, Sylvana menyampaikan bahwa dalam pemerintahan Presiden Jokowi, tahun ke-3 merupakan tahun pemberdayaan, pemerintah menjalankan amanat konstitusi untuk meningkatkan kwalitas hidup sesuai program Nawacita.
“Kunjungan kita di Desa Kemadang ini adalah untuk mengetahui sejauh mana program yang bersentuhan langsung terhadap masyarakat bisa sampai ke daerah,” jelasnya.
Menurutnya, mitos Gunungkidul yang dulu identik dengan kekeringan, kemiskinan sekarang dinilai pemerintah pusat sudah mengalami perubahan yang luar biasa.
“Stigma miskin, kering, dan hal negatif lainnya di Desa Kemadang kini telah terhapus seiring dengan berkembangnya pariwisata di Gunungkidul,” ujar Sylvana.
Sylvana menuturkan, perlu di antisipasi bahwa turis yang banyak berkunjung ke Gunungkidul tentu banyak membawa hal-hal baru, untuk itu masyarakat diharapkan bisa memilih dan memilah mana yang baik dan yang buruk.
Sementara itu, Rini Handayani menyampaikan bahwa, Desa Kemadang adalah satu-satunya desa dari 136 desa model PATBM di DIY yang dijadikan sebagai model tematik Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) menuju desa layak anak.
“Desa layak anak ini tidak hanya sebuah program, tapi ini benar-benar memang harus di jalankan untuk menjadi desa yang ramah dan layak untuk hidup anak,” tandasnya.
Rini menegaskan, saat ini yang lebih peduli terhadap anak 90 % adalah perempuan yang kebanyakan adalah seorang ibu. Untuk itu, harus ada pemberdayaan terhadap perempuan. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Dengan kegiatan ini, diharapkan bisa dijadikan sebagai referensi, jika program ini bukan rekayasa dan siap di kembangkan bagi semua pihak dalam program perlindungan anak khususnya di Gunungkidul. Red