GEDANGSARI, (Kamis Pahing)–Yuni Lestari warga Rt 01/14, Dusun Ngasem, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, menekuni kerajinan berbahan baku carang bambu, bathok, dan kayu bintaos. Hasilnya cukup lumayan. Usaha tersebut mampu menopang kebutuhan keluarga.
“Carang bambu, limbah kelapa (bathok) apalagi kayu bintaos jarang dilirik pengrajin, padahal bisa dimanfaatkan untuk perhiasan gelang dan kalung unik,” ujar Yuniarti (19/10) .
Ibu rumah tangga alumnus SMPN Gedangsari ini mengaku, selama 10 tahun dia menekuni kerajinan gelang dan kalung imitasi.
“Awal mula, suami mencoba mandiri, pisah dari kerabat. Alasannya tak puas hanya sebagai pekerja di rumah saudara. Dengan modal kecil kami memulai membuka usaha,” papar Yuni.
Jatuh bangun, demikian ibu dua anak ini menjelaskan, cukup dinikmati. Pernah ada tawaran pinjaman dia tolak, dengan alasan sederhaha. Yuni dan Ahmad (suami) tidak mau terikat oleh apa dan siapa pun.
“Mikir tiap bulan harus mengembalikan pinjaman, bagi kami ribet,” kata Yuni polos.
Bercerita soal bahan baku, carang bambu disetori tetangga, bathok kelapa seminggu sekali beli di Pasar Playen, sementara kayu bintaos, Yuni harus mengambil ke Jember Jawa Timur.
Semua dalam kategori limbah, banyak pihak memandang, harga bahan baku pasti murah.
“Enggak juga sih. Harga bathok per karung Rp 20.000,00. Diolah menjadi gelang, paling banter menjadi 20 kodi (400 biji),” terangnya.
Tiap satu gelang dia jual Rp 2.000,00. Kelihatan keuntungan relatif besar. Itu selama belum dikurangi ongkos produksi. Realitas, Yuni harus memberdayakan para tetangga, dan itu harus diupah.
Soal harga, gelang dengan kalung jauh berbeda. Kalung kayu bintaos yang banyak dipesan pada masa liburan sekolah dia patok Rp 10.000,00 untuk eceran. Kalau ambil 1 kodi (20) biji, Yuni bisa lepas Rp 180.000,00.
Reporter: Agung Sedayu