GUNUNGKIDUL PINTAR MENCIPTA PROYEK TETAPI TIDAK PANDAI MERAWATNYA

936

WONOSARI-JUMAT WAGE | Sebagian birokrat (Kepala OPD) Gunungkidul rajin membuat proyek, tetapi ujung-ujungnya mangkrak.

Tahun 1976 hingga 1980, Kabupaten Gunungkidul tenar sebagai produsen abon dengan bahan baku daging jambu mete. Nama Kapanewon Karangmojo sempat melejit karenanya.

Lauk lezat itu nasibnya na’as, termasuk pabriknya gulung tikar karena terlindas oleh pergantian Bupati, meski pemegangnya kala itu masih tetap Golongan Karya.

Abon jambu mete ngetren saat Gunungkidul di bawah Ir. Darmakum Darmo Kusuma Bupati ke-20 (1974-1984).

Keberhasilan reboisasi jambu mete baik di Karangmojo, Paliyan serta swadaya masyarakat itulah yang melahirkan industri abon daging jambu mete.

Bupati setelah Ir. Darmakum, yakni KRT Sosro Hadiningrat (1984-1989), tidak lagi peduli untuk mengurus industri yang potensial di dunia permakanan itu.

Bekas dan bukti fisik pabrik abon daging jambu mete itu saat ini mangkrak di Kelor Karangmojo.

Bupati ke 28, H. Sunaryanta harus diakui kaya akan gagasan. Merombak Dinas Pertanian Pangan dalam arti memunculkan kembali Dinas Peternakan merupakan bagian dari janji politik saat kampanye Pilkada serentak tahun 2020.

Dalam RPJMD 2022 belum terlihat mau mengembangkan ternak yang mana karena Gunungkidul isinya adalah ternak besar (sapi) ternak kecil (kambing) dan pitik iwen, bebek, angsa.

Di luar forum resmi beredar santer bahwa di Gunungkidul bakal ada proyek besar-besaran peternakan sapi untuk mendukung kebutuhan daging nasional.

Gagasan ini, rupanya dicoba diselaraskan dengan kemauan Sunaryanta menarik sebanyak-banyaknya pemilik modal besar untuk tanam dolar di Gunungkidul, terlepas dari proteksi terhadap peternak lokal yang kini berjalan.

Tentang ternak ayam, di Gunungkidul sudah terjadi persaingan sengit antara peternak ayam kampung kategori UMKM dengan pemodal besar ayam lehor.

Walau persoalan di atas ada di depan mata, Bupati Sunaryanta belum terlihat melakukan gerakan apa pun.

Warga pendukung saat pilkada maupun yang bukan, harus menunggu hingga 26 Februari 2022. Setahun menjabat Bupati, Sunaryanta berbuat apa saja baru terlihat.

Kongkritnya, apakah Bupati dan anak buahnya hanya banyak menarik proyek besar, tetapi tidak bisa memelihara dengan baik masih menjadi teka-teki besar. (Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.