Kamandaka Mengamuk di Bekas Terminal

1655

WONOSARI, Senin Pahing–Alkisah Adipati Pasir Luhur berduka lantaran Dewi Ciptarasa, putri bungsunya belum juga ketemu jodoh. Begitu datang lamaran, yang hendak jadi menantunya adalah Prabu Pulebahas dari Nusa Kambangan. Mengamuklah Jenderal Kamandaka yang juga mengharapkan cinta sang Dewi Ciptarasa.

Itulah narasi pembuka lakon Ketoprak Mataram yang mengambil lakon Jenderal Kamandaka yang diperankan gabungan seniman se Gunungkidul di eks Terminal Baleharjo, Minggu malam (03/09). Ketoprak digelar sebagai pamungkas acara penutupan Parade Seni dan Pameran Produk Daerah 2017. Beberapa seniman kawakan seperti Waluyo, Joni Gunawan, Suhin, Gatot Sujarno hingga Aris Wirya ambil bagian dalam pementasan ini.

“Jenderal Kamandaka ini lakon carangan yang disadur dari kisah Lutung Kasarung. Digubah sedemikian rupa yang sarat pesan moral namun mampu membuat penonton tertawa berkepanjangan,” ulas sutradara joni Gunawan.

Dalam skenario, Adipati Pasir Luhur mengajak putra dan menantunya berburu ke hutan. Dewi Ciptarasa ikut menyertai, di tengah hutan tersebut ketemulah dengan hewan lutung (red-sejenis kera) yang lucu. Lutung tersebut oleh Dewi Ciptarasa diboyong ke istana Pasir Luhur.

Eloknya, lutung tersebut dapat berbicara seperti manusia. Dan terungkaplah kalau lutung tersebut ternyata Raden Kamandaka yang memang jatuh cinta sama Dewi Ciptarasa. Jadilah keduanya sepasang kekasih.

Meski awalnya ditentang Adipati Pasir Luhur, namun Raden Kamandaka dan Dewi Ciptarasa tetap nekad menjalin hubungan kekasih. Di tengah suasana runyam, datanglah Prabu Pulebahas dari Nusa Kambangan yang memaksa harus dinikahkan dengan Dewi Ciptarasa.

Jika ingin beristrikan Dewi Ciptarasa, mau tak mau Raden Kamandaka harus berjuang menyingkirkan Prabu Pulebahas. Mengamuklah Raden Kamandaka yang menjadi jenderal bagi prajurit dalam mengalahkan Prabu Pulebahas. Akhirnya pentas ketoprak berakhir dengan kemenangan Jenderal Kamandaka yang sukses mempersunting Dewi Ciptarasa.

Sementara itu, Ketua Dewan Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul, CB Supriyanto, S.IP kala menutup Parade Seni dan Pameran Produk Daerah 2017 berharap acara sejenis terselenggara secara rutin.

“Namun harapan saya jangan bersamaan dengan peringatan HUT RI, carilah waktu yang lain,” pintanya.

Jika dilaksanakan agak jauh dari peringatan HUT RI, sambung CB, penonton akan banyak dan diharapkan menjadi ikon baru pemancing wisatawan berkunjung ke Gunungkidul. Red




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.