KAMIS dan Jumat 13 dan 14 Mei 2021 umat Islam sedunia merayakan kemenangan setelah sebulan penuh bertempur melawan segala macam syahwat. Pada hari itu di Indonesia banyak tulisan dan ucapan minal aidin wal faizin berseliweran baik di media sosial, media cetak maupun media online.
Minal aidin wal faiziin tidak sama dengan mohon maaf lahir batin. Dihimpun dari berbagai sumber, kalimat itu artinya adalah: (semoga) termasuk orang-orang yang kembali dan orang-orang yang menang.
Jadi jika seorang muslim mengucapakan minal aidin wal faizin kemudian dijawab dengan ya, sama-sama, menurut Da’i kocak dari Semarang Ki Supandi menandakan bahwa mereka bukan orang yang paham akan arti kalimat yang baru saja diucapkannya.
Substansi ucapan minal aidin wal faizin, demikian Ki Supandi menjelaskan, adalah semoga kembali fitri dan menang. Kembali lurus setelah melakukan jalan menikung, atau jalan yang dimurkai Allah SWT.
Ucapan itu pun terbatas dan khusus untuk umat yang menjalankan ibadah puasa. Tidak berlaku bagi umat yang tidak puasa. Bagaimana itu?
Menurut Ki Supandi ya enggak gimana-gimana, orang puasa saja tidak, bagaimana bisa merasakan kefitrian dan kemenangan.
Ucapan Idul fitri yang benar cukup dengan kalimat Taqabbalallahu minnaa wa minkum. Artinya adalah Semoga Allah menerima (amal ibadah ramadan) kami dan kamu.
Saran Ki Supandi, jika tidak paham bahasa Arab, ucapan salam itu lebih utama jika digunakan bahasa Indonesia atau bahasa Jawa. Tidak perlu menulis dan menyatakan salam sementara tidak tahu sama sekali arti salam yang dimaksud.
Di Indonesia banyak contoh. Ketidaktahuan itu dipraktekkan para tokoh.
Sering didengar ucapan Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Maknanya Semoga kedamaian serta pengampunan dan berkah dari Allah SWT bersamamu.
Kurang puas lalu ditambah salam sejahtera bagi kita semua. Namo Budaya. Om Swasti Astu. Om Santih Santih Santih.
Tokoh yang iasa mengucapkan salam sedemikian panjang itu coba ditanya, ngerti nggak apa yang barusan mereka ucapkan itu.
Salam dalam bahasa Jawa cukup simpel, Mugi-mugi kasaenan saha kawilujengan tansah kajiwo kasariro dateng kulo lan panjenengan sami.
Kalimat itu bisa diterjemahkan ke dalam bahasa apa pun. Dan Allah maha mengetahui bahasa manusia dari sudut bumi manapun.
Mengucapkan salam menurut Ki Supandi tidak harus menggunakan bahasa Arab.
Kepada umat Islam sedunia pada Idul Fitri 1442 Hijriah kami sampaikan Semoga Allah menerima (amal ibadah ramadan) kami dan kamu sekalian. (Bambang Widayadi)