KORUPSI GUNUNG ES:SEBUAH KEGAGALAN BESAR

182

MENUMPUK harta seperti emas dan perak adalah bagian dari kegiatan yang indah dan menyenangkan.

Kesenangan menumpuk kekayaan dan uang merupakan sedikit dari tabiat manusia yang sulit dihilangkan.

Manusia yang haus kekuasaan, menumpuk harta adalah peluang yang tidak datang, kecuali hanya sekali.

Mumpung berkuasa oleh sebab itu, seluruh waktu dia manfaatkan untuk mengambil uang negara (korupsi) guna memperkaya diri sendiri.

Negara yang dikuasai orang-orang seperti itu, dipastikan korupsi terjadi di mana-mana.

Bagaimana dengan Indonesia? Kurang lebih mirip-mirip sajalah.

Selama 24 tahun 0rde Reformasi berkuasa, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak berhenti menggelandang sejumlah Kepala Daerah dan yang lain ke meja hijau.

Tahun 2018, KPK menangkap 29 pejabat koruptor, tahun 2022 10 koruptor. Itu yang tertangkap tangan, yang tidak menurut para pengamat bisa jadi jauh lebih banyak.

Tindak pidana korupsi di Indonesia itu seperti gunung es, yang tertangkap sedikit, padahal pelakunya banyak.

Mengapa pelaku korupsi terus muncul silih berganti? Ini sebuah kegagalan besar dalam membangun dan menegakkan karakter bangsa. Padahal jelas yang diusung bangsa Indonesia adalah ideologi dunia seperti sering dikemukakan Bung Karno, yaitu Pancasila.

Pemerintah gagal membangun SDM yang berketuhanan, sementara Pasal 29 Ayat 1 dinyatakan, Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.

Bisakah Presiden hasil Pemilu 2024 meniadakan perilaku korup di jajaran pemerintahannya. Ini hanya pertanyaan yang tidak perlu dijawab, karena selama ideologi dunia tidak diimplementasikan, korupsi di Indonesia tidak akan hilang, siapa pun Presidennya.

(Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.