Awal Mula Upacara Rasulan di GunungkIdul

227

WONOSARI-SENIN LEGI | Seratus empat puluh empat (144) desa, bahkan pada 1.431 dusun di Kabupaten Gunungkidul, setahun sekali setelah panen padi dan palawija pasti melakukan upacara Rasul (Rasulan).

Istilah Rasulan tidak ada kaitannya dengan Utusan dalam bahasa Arab, tetapi lebih dekat dengan kebudayaan Hindu Dharma, karena inti Rasulan adalah pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai lambang kesuburan.

Mengutip pendapat Gösta Liebert, seperti dilansir Kompas, bahwa kata Sri berasal dari bahasa sansekerta, yang salah satu maknanya adalah kesuburan / keberuntungan.

Tokoh Dewi Sri tidak hanya dikenal di pulau Jawa tetapi juga di pulau Bali. Dewi Sri, yang dianggap sebagai Dewi Keberuntungan dalam pewayangan dijumpai pada Lakon Sri Boyong.

Lakon tersebut selaras dengan Upacara Wiwit (awal mula) panen padi. Ketika memasuki musim kemarau, setelah segala macam panen selesai petani melakukan upacara Rasulan.

Belakangan pemujaan kepada Dewi Sri diberi makna sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini untuk menghindari anggapan sitik sebagaimana sering diungkapkan oleh kaum muslimin.

Rasulan, oleh sebab itu menjadi budaya yang semula sebagian orang memperolok-olok, kini semua menerimanya secara egaliter.

(Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.