Gedangsari – Selasa Pon | Sekolah Lapang Iklim (SLI) Operasional ke-3 kembali digelar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) secara virtual dan tatap muka dengan memperhatikan aturan protokol kesehatan, di Rest Area Gubuk Gede Gedangsari, Kelurahan Ngalang, Kepanewon Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.
Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pusat, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati M.Sc., Ph.D mengatakan, SLI merupakan salah satu upaya BMKG dalam meningkatkan literasi iklim bagi petani.
“Petani juga tetap harus tetap menggunakan ilmu titen, dan ini akan kita dampingi melalui teknologi mengenai perkiraan cuaca,” katanya Selasa, (24/08/2020).
Lebih lanjut, ia mengatakan, SLI akan mendampingi petani mengandalkan ilmu titen, dimana sering salah lantaran fenomena iklim di Indonesia berubah-ubah. Terlebih pengaruh awan dari timur Afrika bergerak menuju Indonesia, sehingga bisa menimbulkan hujan lebat.
“Misalnya, saat musim kemarau tetapi ada hujan dengan intensitas ringan, ada perubahan iklim global, wilayah yang sebelumnya dingin akan menjadi panas,” jelasnya.
Ia menambahkan, dengan ilmu prakiraan cuaca, akan diketahui apakah akan terjadi hujan atau kekeringan. Menurut data BMKG, dalam pemantauan cuaca sejak 30 tahun terakhir tren suhu di wilayah Indonesia mengalami kenaikan 1 derajat celcius, mengakibatkan hujan ekstrim sering terjadi.
“Sangat berpengaruh, soalnya era industri dan transportasi semakin berkembang,” ujarnya.
Terpisah, Bupati Gunungkidul, Badingah S.Sos menuturkan, dengan adanya Sekolah Lapang Iklam (SLI) para petani dapat mengetahui bagaimana upaya meningkatkan produktifitas pangan.
Menurutnya, di Kabupaten Gunungkidul perubahan iklim tidak bisa dijadikan acuan, sehingga harus mendapat dampingan.
“Sebagian besar masyarakat Kabupaten Gunungkidul 70% adalah petani, sehingga perlu ada SLI sebagai pendampingan untuk bisa membuat perubahan yamg lebih baik para petani,” ucapnya. (Hery)