PATUK, Sabtu Pon— Harjono, Warga Padukuhan Piyaman I, Desa Piyaman, Kecamatan Wonosari, 11/5/17 dikabarkan, dirinya adalah keturunan Demang Wono Pawiro baca di//infogunungkidul.com/bagus-damar-soso…onosari-bagian-i/. Harjono bertutur, yang memberi perintah membuka Alas Nongko Doyong adalah Sri Sultan Hamengku Buwana I. Diduga, ceritera Harjono bertentangan dengan sejarah.
“Menurut pemahaman saya, pengakuan itu bertentangan dengan sumber sejarah yang titi mangsa / tanggalnya tertulis cukup jelas,” papar MH Mudilestari, 13/5/17.
Mengutip sumber yang layak dipercaya, lanjut Mudi, Sri Sultan Hamengku Buwana I lahir di Kartasura, 6 Agustus 1717, meninggal diYogyakarta, 24 Maret 1792 pada usia 74 tahun. Dia adalah pendiri sekaligus raja pertama Kesultanan Yogyakarta, memerintah tahun1755 – 1792.
Nama aslinya Raden Mas Sujana, setelah dewasa bergelarPangeran Mangkubumi. Ia merupakan putra Amangkurat IV rajaKasunanan Kartasura yang lahir dari selir bernama Mas Ayu Tejawati pada tanggal 6 Agustus 1717.
“Sri Sultan HB I mangkat 1792, sementara Wono Pawiro membuka Alas Nongo Doyong setelah 1831. Apa masuk di akal HB I memerintah sang Demang membuka hutan?” tanya Mudi menyodorkan fakta sejarah.
Dia cenderung sependapat dengan anggota DPRD DIY, Slamet, S.Pd. MM, bahwa yang memberi perintah babad alas adalah Tumenggung Prawiro Setiko, Bupati Gunungkidul yang ke II.
Prawiro Setiko, dihimpun dari berbagai sumber, kata dia, hidup di masa pemerintahan Sri Sultan HB V. Putra Sri Sultan HB IV ini lahir 1820, yang diangkat memegang tahta di umur 3 tahun pada 1923.
Mudi menduga, Harjono warga Piyaman I ini, tidak memahami hubungan sejarah, antara Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat dengan berdirinya Kabupaten Gunungkidul.
“Saya berharap penuturan Harjono, agar dikesampingkan, karena membingkungkan publik” pungkasnya. Agung Sedayu