Secara detail dia menjelaskan, penyakit anthrax (penyakit sapi gila) adalah infeksi serius yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis, bukan oleh virus.
Dalam keadaan normal, bakteri menghasilkan spora yang tidak aktif (dorman) hidup di dalam tanah. Begitu masuk ke dalam tubuh binatang atau manusia, spora tersebut menjadi aktif.
Spora, menurut drh. Retno adalah satu atau beberapa sel (bisa haploid ataupun diploid) yang terbungkus oleh lapisan pelindung. Sel ini dorman dan hanya tumbuh pada lingkungan yang memenuhi persyaratan tertentu, yang khas bagi setiap spesies.
Sementara itu dr. Sumitro Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul menyatakan, 27 Desember 2019, Dinas Kesehatan menerima laporan dari aplikasi WhatsApp, bahwa ada warga terinfeksi anthrax.
Tanggal 28, 29, 30 Desember 2019, Dinas Kesehatan bergerak melakukan investigasi. Hasil diagnosa dan olah laboratorium positif terjadi penyebaran anthrax di wilayah tertentu di Gunungkidul.
“Tanggal 4 Januari 2020 kami mencatat 540 orang beresiko terjangkit anthrax. Dari jumlah tersebut 87 orang positif, tetapi semua (540) orang telah kami antisipasi dengan antibiotik,” tegas dr. Sumitro.
Kadinas Kominfo Gunungkidul, Kelik Yuniantoro yang memandu jumpa pers berpesan, bahwa jika terjadi sapi dan kambing mati mendadak sebaiknya cepat-cepat dikubur. (Bambang Wahyu Widayadi)