Gantung Diri Bukan Prioritas Masalah Yang Perlu Ditangani

607

GUNUNGKIDUL-SABTU PON | Peristiwa sosial gantung diri (Gandir) hingga pertengahan September 2022 telah terjadi 22 kali. Sebagian tokoh Gunungkidul mempersoalkan kebijakan dan kepedulian Pemda.

Subardiono, salah satu pegiat sosial, pada saat Sunaryanta mencalonkan Bupati aktif mengikuti kampanye, menulis kritik bernada sarkastik.

Sebaiknya Pemda Gunungkidul membangun tiang gantungan saja, berikan fasilitas kepada mereka yang sudah bosan hidup, atau mungkin suatu saat pejabat Pemda hendak melakukan aksi yang sama biar lebih elegan,” tulis Subardiono melalui aplikasi WhatsApp, 23-8-2022.

Soal banyaknya peristiwa Gandir, Subardiono berpendapat, Pemerintah juga ikut andil menanggung dosa warganya. Setiap nyawa yang hilang di tiang gantungan menjadi tanggungjawab pemimpin, kerabat, dan tetangga setempat.

“Salah satu tolok ukur prestasi sosial sebenarnya dapat dilihat dari kerja masyarakat sekitar kita, apakah ada yang masih bunuh diri atau tidak,” tegasnya.

Subardiono yakin, sebesar apapun nama seseorang, jika tetangga masih ada yang meninggal dengan cara yang nista, itu adalah cermin warga, keluarga, pemerintah.

“Saya mengecam mereka yang “cahayanya” hebat ternyata semu, sehingga tidak mampu menembus dinding hati tetangga untuk tidak melakukan perbuatan nista. Sekalipun mereka adalah tokoh agama, saya tetap mengecam,” tandasnya.

Pemuda yang satu ini mengkritisi, pengendalian tingginya angka Gandir tidak tertulis dalam 10 program prioritas pembangunan daerah Kabupaten Gunungkidul.

(Bambang Wahyu)




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.