NGLIPAR, Jumat Pahing— Slamet, S.Pd MM, anggota DPRD DIY menanggapi paparan Harjono, yang merngaku sebagai anak turun Demang Wono Pawiro dari Piyaman. Penuturan yang berbuntut anggota DPRD menziarahi makam Demang Wono Pawiro menurutnya lucu dan membelokkan sejarah.
“Dari berbagai sumber, saya memahami yang memberi perintah membuka alas Nongko Doyong bukan Sri Sultan HB I, melainkan Bupati Gunungkidul ke 2, Raden Tumenggung Prawiro Setiko,” ujar Slamet, Jum’at malam, 12/5/17.
Alas Wono Asri, yang kemudian berubah menjadi Wonosari, menurutnya memang jasa Demang Wono Pawiro, alias Bagus Damar. Tetapi menjadi salah besar jika dikatakan, bahwa peletak dasar bumi Handayani adalah Wono Pawiro.
Salah pula jika Demang Wono Pawiro dianggap sebagai pahlawannya warga Gunungkidul. Ini sesat. Penuturan Harjono harus ditarik. Itu pembelokan sejarah,” paparnya.
Ketua DPRD Gunungkidul kesetrum penuturan Harjono kemudian berang dan berbondong-bondong ziarah ke makam Demang Wono Pawiro, bersama anggota menurutnya sangat berlebihan.
Dalam kontek menghormati Wono Pawiro sebagai pelaksana proyek pembuka alas Nongko Doyong adalah sah. Tetapi tidak dikait-kaitkan dengan hari jadi Kabupaten Gunungkidul.
Pembukaan alas Nongko Doyong, berdasarkan sejarah, menurut Slamet, pemerintahan di Gunungkidul sudah berjalan dua periode yakni masa Pontjo Dirdjo serta Prawiro Setiko.
“Lalu? Apa hubungannya dengan hari jadi? Tidak ada,” tandas Slamet. Agung Sedayu