WONOSARI-SENIN LEGI | Dr. Tugiman, akademisi asal Kalurahan Kedungpoh, Nglipar, Gunungkidul menyayangkan sikap Pemerintah Kabupaten karena dinilai tidak serius dalam mengantisipasi gantung diri.
Dia prihatin karena peristiwa terus berulang sementara tidak ada upaya serius dari Pemerintah. Angka gantung diri 2020 hanya 29. Saat ini Juli belum berakhir telah terjadi 28 peristiwa.
“Dalam hal gantung diri pasti ada yang keliru. Untuk itu masalah tersebut harus menjadi skala prioritas, bukan malah mikirin pembentukan OPD. Piye Gunungkidul tercinta,” ujar Dr. Tugiman, 19-7-2021.
Persoalan gantung diri oleh Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terlanjur diklaim tidak menjadi prioritas. Oleh sebab itu tidak harus dimasukkan ke dalam indikator kinerja kunci (IKK) Raperda tahun 2021-2026.
Menurut jajaran eksekutif, telah dìpersiapkan enam cara untuk mengatasinya. Enam upaya tersebut mencakup:
1. Sosialisasi regulasi dan kebijakan tentang penanggulangan bunuh diri.
2. Optimalisasi kinerja tim penanggulangan dan penanganan bunuh diri.
3. Pelatihan deteksi dini kecenderungan bunuh diri dan pelatihan teknik wawancara kepada individu beresiko dan keluarga korban bunuh diri.
4. Pengelolaan pelayanan kesehatan orang dengan masalah kesehatan jiwa dan menambah layanan konsultasi kesehatan jiwa di setiap Puskesmas dengan merekrut tenaga psikolog.
5. Memetakan potensi orang yang terpapar risiko masalah kesehatan jiwa dengan mengembangkan skrening kesehatan jiwa di Puskesmas dan masyarakat.
6. Terakhir yang ke-6 optimalisasi koordinasi lintas sektor.
Pengamat Sosial Joko Priyatmo (Jepe) saat diminta pendapatnya menyatakan, Gunungkidul mlempem, miskin solusi.
“Enam cara di atas tidak bisa diukur secara akurat,” ujarnya simpel. (Bambang Wahyu)