MAKANAN yang disiapkan untuk slametan setidaknya rerdiri atas tujuh belas (17) jenis. Ada yang lebih tetapi ada pula yang kurang.
Dalam konten Serikat Petani Indonesia (SPI) jenis makanan yang disiapkan diantaranya:
1. Sega Golong Sak Jodo
Seperti ditulis dalam konten SPI, Sega Golong merupakan simbol pengakuan terhadap eksistensi manusia pertama Adam dan Hawa.
Ikrar yang sering diucapkan sesepuh pemimpin kenduri, formulasi kalimatnya berbunyi,” Sega Golong menika kagem caos dahar memule dateng Kanjeng Nabi Adam lan Ibu Khawa ingkang nurunaken manungsa sak Ngalam Donya.”
Dalam tradisi Islam, caos dahar memule itu maksudnya adalah kirim doa. Lidah Orang Jawa menyebutnya Kirim nDowa.
*2. Tumpeng Robyong.”
Ini Tumpeng nasi putih berbentuk kerucut yang dihias dengan daun Turi, dan aneka sayuran.
Makna Tumpeng Rombyong merupakan pengakuan petani atas hasil sayur mayur. Harapan ke depan produksinya sama, atau bahkan melimpah.
“3. Tumpeng Gepak.*
Tumpeng ini menggambarkan apresiasi petani terhadap hewan piaraan yang telah membantu mengolah tanah pertanian. Dengan Tumpeng Gepak, petani berharap, segala piaraan beranak-pinak sehingga kebutuhan petani tercukupi.
Masyarakat Gunungkidul ada yang secara spesifik mengadakan kenduri khusus untuk hewan yang disebut Gumbregan.
4. Ambengan.
Wujud ambengan adalah nasi putih yang ditaruh di atas nampan atau baskom.
Esensinya mengingatkan bahwa manusia itu didup di atas bumi di bawah langit.
Terutama bumi, petani perlu menjaganya agar tidak terjadi kerusakan. Tanah merupakan karunia Allah, tempat segala macam makhluk hidup dan berkembang.
5. Ingkung.
Sesaji ini rangkaiannya berupa Sekul Suci (Nasi Uduk).
Ingkung itu sajian berupa ayam jago utuh. Kaki dan kepala diikat. Posisi sajian ndhekem atau duduk. Ingkung diterjemahkan bebas sebagai ‘ingkang linangkun’ (yang lebih).
Ingkung yang diikat menggambarkan bahwa petani harus lihai mengendalikan hawa nafsu, tidak boros dalam memanfaatkan hasil bumi.
Bahasa dalam kenduri nasi duk dan Ingkung disebut “sekul suci ulam lembaran,” kata Sutiyono mantan Lurah Banyusoca, Kapanewon Playen, Gunungkidul, 27-6-2023.
Nasi uduk itu rasanya gurih nikmat. Pesan yang disampaikan, agar manusia dalam menyembah yang maha agung itu harus dengan hikmat, sehingga hidup petani menjadi nikmat.
6. Jenang Palang.
Ini adalah jenang (bubur nasi) yang diberi tanda palang warna merah berupa cairan gula jawa. Maknanya petani berharap usahanya terhindar dari mara bahaya.
7. Jenang Pliringan.
Jenang ini sebagai simbol kehadiran saudara kembar manusia saat dilahirkan.
Kakang kawah (air ketuban) dan adi ari-ari patut diingat-ingat. Karena dalam rahim ibu, janin hidup bersama kedua elemen itu.
8. Jenang Abang Putih.
Warna merah dan putih merupakan perlambang kejadian manusia. Merah itu darah, putih adalah sperma.
Petani, yang selama ini dianggap warga bodoh, faktanya paham betul soal asal muasal janin manusia. Itu sebabnya setiap kenduri diperingati dengan simbol jenang abang putih.
9. Jenang Baro-Baro.
Ini lambang makro kosmos. Di samping manusia, di bumi ini ada ciptaan lain yang karena terlalu kecil tidak terlihat mata. Bakteri pengurai unsur hara misalnya.
Dalam terminologi petani, ciptaan seperti itu disebut kutu-kutu walang atoga. Kehadiran mereka diakui dan dihargai, karena banyak membantu usaha pertanian.
10.Jajan Pasar.
Merupakan sesaji berupa aneka buah ditambah krowotan hasil bumi. Juga ada abon-abon berupa uang kertas atau logam nilainya ‘Satus’ (sat lan atus) kering dan tuntas.
Ini melambangkan hubungan antar insan tani, bahwa harus benar-benar sat dan atus alias bersih, sehingga ketika berpulang ke hadapan Allah SWT tidak ada aral yang merintangi perjalanan.
“11. Dhem Dheman.*
Wujudnya adalah rendaman daun Dhadhap Serep. Dimaksudkan supaya hidup ini serba adhem, dingin, tentram.
11. Telur.
Tidak asing lagi, telur melambangkan benih. Cikal bakal manusia adalah indung telur.
“12. Kecambah.*
Indung telur itu faktual bertumbuh seperti kecamhah. Insan pertanian diharapkan berkembang, tidak putus generasi.
13. Kacang Panjang.
Masyarakat tani harus berpikir panjang. Dimaknai demikian karena mereka menghadapi banyak persoalan. Mulai dari hama penyakit, kelangkaan pupuk hingga harga jual produk tidak layak.
14. Tomat.
Ini lambang kesadaran mad-sinamadan (toleran). Petani harus mencapai tingkat jalma limpat serapat tamat (cerdik, cerdas, awas).
“15. Kangkung.*
Manusia, pada hakekatnya diciptakan dalam bentuk yang paling baik.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,
لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِ نْسَا نَ فِيْۤ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ
laqod kholaqnal-ingsaana fiii ahsani taqwiim
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya,” (QS. At-Tin,Ayat 4).
16. Apem dan Kupat.
Dalam menjalani hidup, petani tidak lepas dari kekeliruan (kalepatan). Sajian apem merupakan simbol permohonan kepada Allah SWT, agar kekhilapan itu diampuni.
*17. Pisang.”
Dibahasa-jawakan, pisang itu gedhang. Jarwadosoknya gemreget nyuwun pepadhang atau semangat minta petunjuk jalan yang lurus shiroothol-mustaqim.
Sesaji gedhang yang untuk kenduri tidak bisa sembarang pisang. Dipilih pisang raja. Maknanya, dalam meminta pepadhang agar diperoleh cahaya seperti yang diterima raja.
Di luar ubarampe makanan, ada rangkaian upacara berupa kegiatan membakar kemenyan.
Bagi kelompok fanatik dan taqlit buta, membakar kemenyan dianggap syirik, padahal esensinya tidak demikian.
Api yang berkobar mengarah ke atas dimaksudkan agar semua doa dan hajat dikabulkan Allah SWT, tanpa mengkritisi doa yang dibaca.
(Bambang Wahyu)