PATUK, Senin Wage – Mushola dan masjid, menurut Sutarjo, ustad asal Jatikuning, Ngoro-Oro, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, merupakan kendaraan menuju surga, SMP Negeri II Patuk, membangun mushola menurutnya, dalam rangka mempersiapkan keluarga besar SMP Negri II Patuk menuju ke jalan yang lurus. Anak didik, menurutnya, memang tidak butuh bekal harta benda.
Baca juga:
BNPB Terbitkan Bunga Rampai Khutbah Jumat Mitigasi Bencana
“Kalau mushola ini ibarat bus, sopirnya imam, kernetnya tukang adzan, penumpangnya jamaah,” ujar Sutarjo mengawali tausiah pendek, (16/02).
Yang menjadi jamaah (makmum), menurut ustad yang banyolannya kadang koplak tak ketulungan ini, siapa pun boleh. Sangat berbeda dengan imam.
“Kalau imam harus dipilih, Tidak asal orang. Syarat menjadi imam harus alim dan fasih,” kata dia.
Imam sholat, kalau boleh diumpamakan sebagai pengemudi, dia harus paham, siapa penumpang (jamaah) yang sedang dibawanya.
Baca juga:
Renungan Fajar 1 Januari 2019: Dilihat Dari Langit, Umur Manusia Hanya 1,5 Jam
Kalau buang angin, berarti batal sholatnya, seorang imam harus tahu diri, mundur dari posisi keimammanya, tidak boleh nekad melanjutkan sholat.
Kepada para wali murid, Sutarjo berpesan, bahwa anak-anak tidak perlu dibekali harta benda. Menurutnya, bekal mereka hanya tiga hal.
Pertama ilmu, kata ustad, kedua akhlak, dan ketiga doa. Dengan ketiga hal tersebut, anak-anak akan selamat, baik di dunia maupun akherat.