BANGKOK, Selasa Kliwon– Selama seminggu di Thailand, lima anggota DPRD DIY berkesempatan mengunjungi Kuil Wat Arun (kuil fajar). Kuil tersebut dikenal sebagai Wat Chaeng, terletak di tepi barat (Thonburi) Sungai Chao Phraya. Lapisan kaca yang disusun halus membuat kuil ini berkilau sepanjang hari.
Baca juga:
Ternyata Ini Rahasia Madu Thailand Yang Kaya Manfaat
Wat Arun adalah salah satu kuil paling menakjubkan di Bangkok, tidak hanya karena lokasi di tepi sungai, tetapi juga karena desain sangat berbeda dengan Kuil lain di Bangkok.
Wat Arun sebagian terdiri dari menara dihiasi warna-warni, berdiri megah di atas air. Wat Arun hampir berhadapan langsung dengan Wat Pho, sangat mudah dijangkau.
Untuk menuju lokasi, rombongan DPRD DIY naik perahu sungai yang berhenti di dermaga 8. Dari sini, kapal ulang-alik kecil membawa wisatawan dari satu sisi sungai ke sisi lainnya dengan biaya 3 baht, dan masuk ke kuil bayar 100 baht.
“Saya dan rombongan berkunjung sekitar jam 13.00 – 14.00 waktu Bngkok. Karena kondisi, saya tak naik tangga masuk kuil. Saya hanya berada di bawah sambil menikmati degan kopyor super segar,” ujar Slamet (18/2}.
Baca juga:
Ajang Promosi Bergengsi Thailand, Dinas Pariwisata DIY Suguhkan ‘Senyum Indonesia’
Slamet menyatakan kagum terhadap Kuil Wat Arun. Arsitektur bagus, sehingga Wat Arun dianggap oleh banyak orang sebagai salah satu kuil paling indah di Thailand.
Puncak (prang) Wat Arun berupa menara setinggi lebih dari 70 meter, dihiasi potongan-potongan kecil dari kaca berwarna dan porselen Cina, di tempatkan secara halus ke dalam pola yang rumit.
“Pengunjung yang sehat bisa memanjat prang pusat jika mau. Tangga sangat curam tetapi dilengkapi pengamanan. Di puncak kuil, pengunjung dapat melihat Sungai Chao Phraya yang berliku,” tutur Slamet
Baca juga:
Anggota DPRD DIY Melawat Ke Negeri Gajah Putih
Wat Arun menurut Slamet, merupakan tempat ibadah yang penting bagi umat Buddha. Saat mengunjungi kuil, wisatawan harus berpakaian dengan benar, sopan, atau bisa memakai kain penutup yang disewakan di dekat pintu masuk.
Sejarahnya, Wat Arun diinisiasi Raja Taksin tahun 1768. Diyakini bahwa setelah berjuang keluar dari Ayutthaya, yang diambil alih oleh pasukan Burma pada saat itu, Raja tiba di kuil ini tepat saat fajar menyingsing. Dia kemudian merenovasi candi dan menamainya Wat Chaeng, Kuil Fajar.
Baca juga:
Pesona Jembatan Pelangi Dan Taman Bidadari Di Pantai Buges
Dulu, tutur Slamet adalah rumah Buddha Zamrud, sebelum ibukota dan Istana dipindahkan ke sisi lain sungai. Ini sekarang bisa dilihat di Istana Agung.
Prang sentral diperpanjang pada masa pemerintahan Rama III (antara 1824 dan 1851), dan sekarang menjadi salah satu situs yang paling banyak dikunjungi di Thailand.
“Rama III, menurut sejarah menambahkan dekorasi menara dengan porselen, sehingga berkilau di bawah sinar matahari,” pungkasnya.