MAHASISWA SELALU BERHASIL MENGGEDOR PINTU NASIB, TETAPI BELUM BISA MENEMBUS HAKEKAT NASIB

1223

GUNUNGKIDUL – Sabtu Legi | Sejarah mencatat, setidaknya tiga kali mahasiswa sukses mendobrak pintu nasib. Pertama pada rezim penjajah, kedua rezim orde lama, ketiga pada rezim orde baru.

Pada rezim orde reformasi, kembali mahasiswa berada di garda depan berusaha mendongkel pintu nasib. Pertanyaannya, setelah pintu terbuka, benarkah nasib bangsa Indonesia itu berubah?

VIDEO TERBARU :

Saya tidak mengecilkan makna gerakan mahasiswa pada  September-Oktober 2019. Saya melihat mahasiswa tidak memiliki kekuatan yang memadai untuk mengubah nasib negeri tercinta.

Bukan soal saya pesimis. Ada rumus, bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, manakala kaum itu tidak mau mengubah nasibnya sendiri.

Mahasiswa, menurut saya hanya sebagian kecil dari suatu kaum yang bernama Bangsa Indonesia.

Pertanyaan lanjutan, nasib yang mana atau nasib yang bagaimana yang harus diubah? Jawabannya cukup jelas, berubah dari nasib terjajahnya akal budi dan pikiran.

Secara fisik, Bangsa Indonesia itu merdeka, tetapi kemerdekaan itu adalah semu. Secara intelektual, Bangsa Indonesia berada di dua ketiak. Pertama kapitalisme, kedua komunisme.




Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.